• Home
  • Opini
  • Sosial
  • Islam
  • Minat
    • Teknologi
    • Artificial Intelligence
    • Internet
    • Food
    • Millennial
    • Seputar PNS
    • Lingkungan
    • Garis Hitam Project
  • Pendidikan
    • SD/MI
    • SMP/MTS
    • SMA/MA
    • Sarjana
    • Magister
  • Buku
  • Jual Foto
    • Portfolio Shutterstock
    • Tips Foto
  • More
    • About
    • LAYANAN/PRODUK KAMI
    • FAQ
    • Kontak
    • DISCLAIMER
    • KEBIJAKAN PRIVASI
    • KETENTUAN LAYANAN
    • Sitemap
    • PRIVACY POLICY
    • TERM OF SERVICE
Diberdayakan oleh Blogger.
Email bloglovin facebook instagram twitter whatsapp pinterest

Hei Sobat !

Prolog

Di tengah derasnya arus transformasi digital, sektor publik dihadapkan pada tantangan besar untuk terus meningkatkan kinerjanya. Namun, sekadar membeli teknologi canggih ternyata tidak cukup. Kunci utamanya justru terletak pada faktor manusia: kepemimpinan yang visioner dan kompetensi digital para pegawainya.

Sebuah riset terbaru yang kami lakukan di lingkungan Kantor Wilayah Kementerian Agama Sulawesi Barat menunjukkan adanya penurunan kinerja pegawai yang cukup drastis, dari 86,34% pada tahun 2021 menjadi hanya 45,04% di awal tahun 2024. Fenomena ini memicu pertanyaan mendasar: Mengapa digitalisasi yang digadang-gadang sebagai solusi justru belum menunjukkan hasil optimal?

Penelitian kami mencoba menjawab pertanyaan tersebut dengan menganalisis tiga faktor krusial: kepemimpinan digital, kompetensi digital pegawai, dan transformasi digital organisasi secara keseluruhan.

Tiga Pilar Penentu Kinerja di Era Digital

Untuk memahami akar permasalahan, kami melihat tiga elemen yang saling terkait sebagai fondasi kinerja di lingkungan kerja modern.

  1. Kepemimpinan Digital: Ini bukan sekadar tentang manajemen biasa. Kepemimpinan digital adalah kemampuan seorang pemimpin untuk merumuskan visi strategis di tengah perubahan teknologi, menginspirasi tim, dan memandu organisasi melewati ekosistem digital yang kompleks. Pemimpin digital tidak hanya fokus pada adopsi teknologi, tetapi juga pada bagaimana teknologi dapat mengubah budaya kerja menjadi lebih lincah dan berorientasi pada data.
  2. Kompetensi Digital Pegawai: Di era sekarang, keahlian digital adalah sebuah keharusan. Kompetensi ini mencakup pengetahuan, keterampilan, dan sikap untuk menggunakan perangkat digital secara percaya diri dan efisien. Lebih dari sekadar bisa mengoperasikan aplikasi, kompetensi ini meliputi literasi data, kemampuan komunikasi di platform digital, pembuatan konten, hingga pemecahan masalah berbasis teknologi.
  3. Transformasi Digital Organisasi: Ini adalah perubahan fundamental tentang bagaimana sebuah organisasi beroperasi dan memberikan nilai. Proses ini bukan hanya tentang digitalisasi dokumen, melainkan integrasi teknologi secara menyeluruh untuk menciptakan model layanan baru, meningkatkan pengalaman pengguna, dan mengoptimalkan efisiensi.

Temuan Utama: Manusia Lebih Unggul dari Teknologi

Setelah melakukan survei terhadap 673 aparatur sipil negara (ASN) dan menganalisis data menggunakan metode Structural Equation Modeling-Partial Least Square (SEM-PLS), kami menemukan hasil yang sangat menarik.

Ketiga faktor yang kami teliti—kepemimpinan, kompetensi, dan transformasi digital—terbukti berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai. Namun, urutan pengaruhnya memberikan sebuah pelajaran penting.

  • Peringkat #1: Kompetensi Digital Pegawai (Pengaruh 36,4%). Faktor inilah yang menjadi penentu paling dominan. Secanggih apa pun sistem yang tersedia, efektivitasnya bergantung pada kemampuan pengguna untuk memanfaatkannya secara optimal.
  • Peringkat #2: Kepemimpinan Digital (Pengaruh 28,1%). Pemimpin yang memiliki visi digital yang jelas mampu menciptakan lingkungan yang mendukung inovasi. Arahannya memotivasi pegawai dan memastikan investasi teknologi memberikan dampak nyata pada produktivitas.
  • Peringkat #3: Transformasi Digital (Pengaruh 18,0%). Meskipun penting, penyediaan infrastruktur dan sistem digital (transformasi) memiliki dampak paling rendah dibandingkan dua faktor manusia lainnya. Ini menegaskan bahwa teknologi hanyalah alat—bukan penentu tunggal.

Secara kolektif, ketiga variabel ini mampu menjelaskan 57,3% variasi dalam kinerja pegawai, yang menunjukkan bahwa model penelitian kami memiliki relevansi prediktif yang kuat.

Implikasi Praktis untuk Instansi Pemerintah

Dari temuan ini, ada beberapa rekomendasi strategis yang bisa diambil oleh instansi pemerintah dan organisasi sektor publik lainnya:

  1. Prioritaskan Investasi pada Sumber Daya Manusia: Daripada hanya berfokus pada pengadaan teknologi, alokasikan anggaran yang lebih besar untuk program pelatihan kompetensi digital yang komprehensif dan berkelanjutan bagi seluruh pegawai.
  2. Kembangkan Kader Pemimpin Digital: Ciptakan program pengembangan kepemimpinan yang berfokus pada visi strategis, manajemen perubahan di era digital, dan kemampuan memupuk inovasi.
  3. Integrasikan Strategi Teknologi dan SDM: Pastikan setiap inisiatif transformasi digital diimbangi dengan strategi pengembangan sumber daya manusia. Teknologi baru harus didukung oleh tenaga kerja yang terampil dan dipimpin oleh pemimpin yang kompeten.

Kesimpulan

Penelitian ini menegaskan sebuah kesimpulan penting: untuk mencapai kinerja unggul di era digital, organisasi sektor publik harus menggeser fokusnya. Bukan lagi tentang "teknologi apa yang kita beli," melainkan tentang "bagaimana kita mempersiapkan orang-orang kita."

Kompetensi digital pegawai dan kepemimpinan digital adalah dua pilar utama yang harus dibangun terlebih dahulu. Ketika manusia sebagai motor penggerak telah siap, barulah transformasi digital dapat berjalan efektif dan memberikan hasil yang diharapkan. Pada akhirnya, keberhasilan digitalisasi tidak diukur dari kecanggihan teknologi, melainkan dari peningkatan kualitas layanan kepada masyarakat.

Artikel ini diadaptasi dari penelitian berjudul "Digital Leadership, Competence, and Transformation: Driving Public Sector Performance in the Digital Era" oleh Achmad Nur dan Fetty Poerwita Sary dari Telkom University.

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

 


Pendidikan tinggi sering dianggap sebagai kunci untuk membuka masa depan yang lebih cerah. Namun, mahalnya biaya seringkali menjadi tembok penghalang yang sulit ditembus, terutama bagi mereka yang berasal dari keluarga dengan keterbatasan ekonomi. Untuk meruntuhkan tembok tersebut, pemerintah Indonesia meluncurkan program beasiswa Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIP-K).

Pertanyaan besarnya adalah: apakah beasiswa ini benar-benar menjadi pendorong motivasi belajar, atau hanya sekadar bantuan finansial? Sebuah penelitian menarik yang diterbitkan dalam Journal of Creative Student Research (JCSR) Vol.1, No.2, "Beasiswa KIP-K: Apakah Beasiswa Dapat Menjadi Motivasi Belajar Mahasiswa?" oleh Erlin Nisa Alviyah dkk. (2023) mencoba menjawab pertanyaan ini dengan mengkaji motivasi belajar mahasiswa penerima KIP-K di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).

Dilema Biaya dan Lahirnya Harapan Bernama KIP-K

Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2022 menunjukkan ironi: hanya sekitar 25,99% masyarakat Indonesia di rentang usia 19-24 tahun yang mengenyam pendidikan tinggi. Salah satu biang keladinya adalah biaya yang tinggi. Di sinilah program KIP-K (sebelumnya dikenal sebagai Bidikmisi) hadir sebagai jembatan asa, memberikan kesempatan bagi siswa berprestasi dari keluarga kurang mampu untuk melanjutkan studi.

Beasiswa ini tidak hanya menanggung biaya kuliah, tetapi juga memberikan bantuan biaya hidup bulanan. Secara teori, dengan terpenuhinya kebutuhan dasar finansial, mahasiswa seharusnya bisa lebih fokus dan termotivasi dalam belajar. Namun, apakah realitas di lapangan seindah teori?

Motivasi di Balik Angka: Apa Kata Mahasiswa?

Penelitian yang dilakukan melalui kuesioner terbuka kepada 100 mahasiswa penerima KIP-K di UPI ini mengungkap beberapa temuan menarik.

1. Standar IPK sebagai "Cambuk" Positif

Salah satu syarat utama beasiswa KIP-K adalah kewajiban untuk mempertahankan Indeks Prestasi (IP) minimal 2.75 setiap semesternya. Ternyata, aturan ini menjadi motivator yang sangat kuat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perolehan IP mahasiswa penerima beasiswa cenderung stabil, bahkan meningkat dari semester ke semester.

Sebanyak 86% responden memiliki Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) di atas 3.51. Ini membuktikan bahwa adanya "ancaman" pencabutan beasiswa jika IPK di bawah standar efektif mendorong mahasiswa untuk belajar lebih giat. Mereka tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan emas yang telah didapat.

2. Tanggung Jawab Moral dan Finansial

Lebih dari sekadar mengejar angka, para mahasiswa menunjukkan rasa tanggung jawab yang tinggi. Ketika ditanya mengenai bentuk tanggung jawab mereka, mayoritas (69%) menjawab dengan "belajar sungguh-sungguh". Selain itu, mereka juga merasa bertanggung jawab untuk mengelola dana bantuan hidup dengan bijak. Dana tersebut tidak hanya untuk kebutuhan sehari-hari, tetapi juga dialokasikan untuk membeli buku, laptop, dan perlengkapan lain yang menunjang perkuliahan. Ini menunjukkan adanya kesadaran bahwa beasiswa adalah amanah yang harus digunakan sebaik-baiknya.

3. Bukan Jalan yang Selalu Mulus

Meskipun memberikan banyak manfaat, perjalanan sebagai penerima beasiswa tidak selalu mulus. Penelitian ini juga mengungkap beberapa hambatan yang dihadapi:

  • Keterlambatan Pencairan Dana: Ini menjadi masalah klasik yang seringkali menyulitkan mahasiswa untuk membayar UKT tepat waktu atau memenuhi biaya hidup di awal semester.

  • Diskriminasi Sosial: Sayangnya, masih ada stigma atau perlakuan kurang menyenangkan dari teman sebaya yang merasa mahasiswa KIP-K "tidak pantas" menerima bantuan.

  • Tantangan Akademik: Beberapa mahasiswa merasa kesulitan beradaptasi dengan materi perkuliahan yang lebih kompleks, yang terkadang menimbulkan rasa minder.

Namun, menariknya, separuh dari responden merasa tidak memiliki hambatan signifikan yang dapat memengaruhi semangat belajar mereka.

Kesimpulan: Beasiswa Sebagai Katalisator Prestasi

Berdasarkan temuan tersebut, Journal of Creative Student Research menyimpulkan bahwa beasiswa KIP-K secara signifikan berperan positif dalam meningkatkan motivasi belajar mahasiswa. Bantuan ini lebih dari sekadar transfer uang; ia adalah sebuah kontrak sosial yang menuntut tanggung jawab dan memacu prestasi.

Aturan IPK minimum, rasa amanah, dan kesadaran akan kesempatan yang langka menjadi kombinasi pendorong yang kuat. Meskipun masih ada kendala teknis seperti keterlambatan pencairan, dampak positif beasiswa ini terhadap motivasi dan prestasi akademik tidak dapat dipungkiri. Program ini membuktikan bahwa ketika hambatan finansial dihilangkan, potensi anak bangsa yang berprestasi dapat bersinar lebih terang.

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

 


Bagi orang dewasa, melihat anak-anak bermain mungkin tampak seperti kegiatan sepele yang membuang-buang waktu. Namun, di balik tawa dan keriangan itu, tersimpan sebuah proses fundamental yang sangat krusial bagi tumbuh kembang mereka. Bermain bukan sekadar hiburan; ia adalah hak dasar dan cara anak belajar tentang dunia.

Sebuah artikel dalam Jurnal Tarbawi Vol. 13, No. 2, "Bermain dan Pemanfaatannya dalam Perkembangan Anak Usia Dini" oleh Naili Rohmah (2016) mengupas tuntas bagaimana kegiatan yang tampak sederhana ini sebenarnya adalah "pekerjaan" utama seorang anak. Melalui bermain, anak mengekspresikan diri, membangun kreativitas, hingga mengasah berbagai aspek kecerdasan. Mari kita bedah lebih dalam mengapa kita tidak boleh meremehkan kekuatan dari "main-main".

Hakikat Bermain: Lebih dari Sekadar Senang-senang

Menurut penelitian yang diulas dalam jurnal tersebut, bermain adalah aktivitas mendasar yang dilakukan atas kemauan sendiri, tanpa paksaan, dan penuh kegembiraan. Ini adalah laboratorium pertama bagi anak untuk mempelajari banyak hal: mulai dari mengenal aturan, bersosialisasi, menata emosi, hingga menjunjung tinggi sportivitas.

Ada beberapa esensi penting dari bermain:

  1. Motivasi Internal: Anak bermain karena keinginan dari dalam diri, bukan karena disuruh.

  2. Aktif: Bermain melibatkan fungsi fisik dan mental secara bersamaan.

  3. Nonliteral: Anak mampu menciptakan dunianya sendiri, terlepas dari realitas. Mereka bisa berpura-pura menjadi apa saja, dari dokter hingga astronot.

  4. Tanpa Tujuan Eksternal: Tujuan utama bermain adalah proses bermain itu sendiri, bukan untuk mencapai hasil akhir tertentu.

Tahapan Bermain: Dari Soliter hingga Kooperatif

Perkembangan sosial anak tercermin dari cara mereka bermain. Peneliti Mildred Parten mengidentifikasi enam tahapan bermain yang menarik untuk diamati:

  • Unoccupied Play (Tidak Terlibat): Anak hanya mengamati sekelilingnya tanpa benar-benar bermain.

  • Solitary Play (Bermain Sendiri): Anak asyik dengan permainannya sendiri dan tidak peduli dengan anak lain di sekitarnya.

  • Onlooker Play (Mengamati): Anak memperhatikan anak lain bermain, bahkan mungkin berkomentar, tetapi tidak ikut bergabung.

  • Parallel Play (Bermain Berdampingan): Anak-anak bermain dengan mainan yang sama di tempat yang sama, tetapi tidak ada interaksi di antara mereka.

  • Associative Play (Bermain Bersama): Anak-anak mulai berinteraksi, saling pinjam mainan, tetapi belum ada tujuan atau aturan bersama.

  • Cooperative Play (Bermain Kooperatif): Ini adalah puncak dari bermain sosial. Anak-anak bermain dalam kelompok yang terorganisir, memiliki tujuan bersama, dan ada pembagian peran.

Lima Manfaat Emas dari Bermain

Jadi, apa saja yang sebenarnya dipelajari anak saat mereka "hanya" bermain? Jawabannya: hampir segalanya.

  1. Perkembangan Moral dan Agama: Saat bermain rumah-rumahan, anak belajar mengucapkan salam saat masuk rumah atau berdoa sebelum makan. Saat bermain dengan teman, mereka belajar tentang aturan, kejujuran, dan sportivitas. Ini adalah fondasi moral yang abstrak namun dipelajari secara konkret.

  2. Perkembangan Motorik (Kasar dan Halus): Bermain petak umpet melatih anak untuk berlari, melompat, dan membungkuk (motorik kasar). Sementara itu, permainan seperti congklak atau menyusun balok mengasah koordinasi mata dan tangan serta kekuatan jari-jemari (motorik halus).

  3. Perkembangan Kognitif: "Ini bola, warnanya merah, bentuknya bulat." Konsep ini jauh lebih mudah dipahami anak ketika ia memegang dan memainkan bola tersebut, daripada sekadar diberitahu di dalam kelas. Bermain adalah cara otak anak mencerap informasi, berpikir kreatif, dan bernalar.

  4. Perkembangan Bahasa: Bermain adalah panggung utama bagi anak untuk berlatih komunikasi. Mereka belajar mengutarakan keinginan, memberi komentar, bernegosiasi, dan memahami bahasa tubuh. Lingkungan bermain yang kaya akan interaksi dapat secara signifikan meningkatkan perbendaharaan kata anak.

  5. Perkembangan Sosial: Dari anak yang awalnya egosentris (semua berpusat pada dirinya), bermain bersama teman mengajarkan mereka untuk berbagi, bekerja sama dalam tim, berempati, dan memahami sudut pandang orang lain.

Peran Kita: Mengamati, Bukan Menginterupsi

Sebagai orang tua atau pendidik, peran kita bukanlah mengarahkan atau menginterupsi permainan anak, melainkan memfasilitasi dan mengamatinya. Saat anak asyik bermain, kita bisa mendapatkan "laporan" tumbuh kembangnya secara langsung.

Apakah ia sudah bisa membedakan warna saat bermain bola? Apakah ia mau berbagi mainan dengan temannya? Apakah ia sudah bisa melempar dan menangkap bola? Semua ini adalah data berharga. Dengan menyisipkan unsur edukasi secara halus ke dalam permainan, kita membantu anak belajar dengan cara yang paling alami dan menyenangkan.

Pada akhirnya, bermain adalah investasi terbaik untuk masa depan anak. Jadi, biarkan mereka bermain.

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

 


Di dunia akademik, ada adagium terkenal: "publish or perish"—publikasikan karyamu atau kau akan tersingkir. Tekanan ini sangat nyata dirasakan oleh para akademisi di Indonesia, terutama dengan adanya kewajiban mengumpulkan angka kredit untuk kenaikan jabatan fungsional. Tuntutan untuk mempublikasikan karya ilmiah di jurnal internasional pun semakin tinggi.

Namun, di tengah tekanan tersebut, muncul sebuah "jalan pintas" yang berbahaya: jurnal predator. Fenomena ini bukanlah sekadar masalah kualitas, melainkan sebuah model bisnis penipuan berkedok publikasi ilmiah yang mengancam integritas dunia riset. Sebuah  Skripsi "Analisis Pola Social Engineering Pada Media Website Jurnal Predator Internasional Bidang Ekonomi" oleh Arba Maulina Rasyida, Universitas Islam Indonesia (2018) menganalisis secara mendalam bagaimana para penerbit predator ini menggunakan taktik manipulasi psikologis, atau yang dikenal sebagai social engineering, untuk menjerat para peneliti.

Apa Sebenarnya Jurnal Predator Itu?

Jurnal predator adalah publikasi yang mengklaim sebagai jurnal ilmiah yang sah, namun memprioritaskan keuntungan finansial di atas kualitas dan kaidah ilmiah. Mereka mengeksploitasi model publikasi open access—di mana penulis membayar biaya agar artikelnya dapat diakses secara gratis oleh publik—tanpa memberikan layanan editorial dan proses peer-review (penelaahan sejawat) yang semestinya.

Hasilnya? Artikel-artikel diterbitkan dengan sedikit atau tanpa proses peninjauan, penuh dengan kesalahan, bahkan plagiarisme. Reputasi penulis tercoreng, dan yang lebih parah, "sampah ilmiah" ini mencemari ekosistem pengetahuan global.

Senjata Utama: Manipulasi Psikologis Bernama Social Engineering

Jurnal predator tidak meretas komputer, mereka "meretas" psikologi manusia. Istilah social engineering merujuk pada serangkaian teknik manipulasi yang dirancang untuk memengaruhi, membujuk, dan menipu target agar melakukan tindakan tertentu atau membocorkan informasi. Dalam konteks ini, targetnya adalah para akademisi yang sedang putus asa mencari tempat publikasi.

Penelitian tersebut mengidentifikasi beberapa pola komunikasi yang secara konsisten digunakan oleh website jurnal predator. Pola-pola inilah yang menjadi tanda bahaya utama.

Pola-Pola Jebakan: Kenali Tanda Bahayanya

Melalui analisis konten terhadap puluhan website jurnal, terungkap beberapa taktik social engineering yang menjadi andalan para penerbit predator:

  1. Bahasa Persuasif dan Janji Selangit Jurnal predator sering menggunakan kalimat-kalimat bombastis seperti "penerbit terkemuka", "jurnal terbaik di dunia", atau menjanjikan "proses peer-review yang ketat". Ironisnya, janji ini seringkali dibarengi dengan iming-iming publikasi super cepat (misalnya, dalam 5-7 hari), yang secara logis bertentangan dengan proses peer-review yang ketat dan butuh waktu. Ini adalah teknik persuasi untuk memancing peneliti yang berada di bawah tekanan tenggat waktu.

  2. Biaya Publikasi (Article Processing Charge - APC) yang Janggal Meskipun jurnal open access yang sah juga mengenakan APC, jurnal predator seringkali memasang tarif tinggi tanpa memberikan layanan yang sepadan. Mereka merinci biaya seolah-olah untuk "biaya indexing", "biaya editorial", dan lain-lain, padahal semua itu fiktif. Sebaliknya, jurnal bereputasi seringkali tidak mengenakan biaya publikasi sama sekali (kecuali jika penulis memilih opsi open access), karena model bisnis mereka berbasis langganan.

  3. Cakupan Ilmu "Gado-Gado" Salah satu ciri paling mencolok adalah cakupan disiplin ilmu yang terlalu luas. Sebuah jurnal predator bisa mengklaim menerima artikel dari bidang ekonomi, kedokteran, teknik, hingga ilmu sosial dalam satu payung. Tujuannya jelas: menjaring "mangsa" sebanyak mungkin tanpa memedulikan fokus keilmuan. Jurnal yang kredibel selalu memiliki cakupan topik yang spesifik dan dikelola oleh para ahli di bidang tersebut.

  4. Sistem Penyerahan Naskah yang Tidak Profesional Jika sebuah jurnal internasional hanya menyediakan alamat email gratis (seperti @gmail atau @yahoo) sebagai sarana pengiriman naskah, ini adalah bendera merah raksasa. Jurnal bereputasi hampir selalu menggunakan sistem manajemen naskah online yang profesional (seperti ScholarOne atau Editorial Manager) dan memiliki alamat email dengan domain resmi mereka.

  5. Dewan Redaksi (Editorial Board) Palsu Untuk terlihat meyakinkan, jurnal predator seringkali mencatut nama-nama akademisi ternama sebagai dewan redaksi tanpa izin. Dalam beberapa kasus, mereka bahkan menciptakan profil peneliti fiktif.

Mengapa Akademisi Terjebak?

Selain karena taktik manipulasi yang canggih, ada dua alasan utama mengapa peneliti, terutama di negara berkembang, bisa jatuh ke dalam perangkap ini:

  • Tekanan Institusi: Tuntutan untuk publikasi cepat demi kenaikan pangkat membuat beberapa akademisi mengambil jalan pintas.

  • Kurangnya Pengalaman: Peneliti muda atau mahasiswa pascasarjana seringkali belum memiliki pengetahuan yang cukup untuk membedakan jurnal yang kredibel dan yang predator.

Lindungi Diri dan Integritas Riset Anda

Fenomena jurnal predator adalah ancaman nyata. Pemerintah melalui Kemenristekdikti dan berbagai universitas telah berupaya meminimalisir masalah ini dengan merilis daftar hitam (blacklist) dan mengadakan sosialisasi. Namun, pertahanan terbaik ada pada diri peneliti itu sendiri.

Sebelum mengirimkan naskah berharga Anda, selalu lakukan uji tuntas: periksa reputasi jurnal, cek daftar jurnal yang diakui Dikti atau indeks internasional seperti Scopus, dan jangan mudah tergiur dengan email yang menjanjikan publikasi kilat. Ingat, dalam dunia akademik, kualitas selalu mengalahkan kuantitas.

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

Korupsi bukanlah sekadar penyakit biasa yang bisa disembuhkan dengan obat pereda nyeri. Di banyak negara, ia telah menjelma menjadi wabah, sebuah epidemi yang menyebar dari institusi pemerintah hingga ke jalanan, dan akhirnya mendarah daging menjadi budaya. Praktik ini, yang seringkali dibungkus dengan istilah-istilah halus seperti "uang teh", "gratifikasi", atau bahkan "vitamin nepotisme", telah menjadi cara paling efektif untuk menyelesaikan urusan dan mencapai kepentingan pribadi.

Sebuah studi yang dipublikasikan di Social Science Research Network (SSRN) oleh Dr. Rasha A. Waheeb mengupas tuntas bagaimana korupsi administratif menjadi penghambat utama pembangunan sebuah negara. Ketika warga negara harus membayar suap hanya untuk mendapatkan izin listrik, sambungan air, atau izin mendirikan bangunan, mereka tanpa sadar telah menjadi bagian dari siklus korupsi yang melumpuhkan.

Dampak Sistemik: Dari Ekonomi Runtuh hingga Kehancuran Sosial

Korupsi bukanlah kejahatan tanpa korban. Dampaknya bersifat sistemik dan merusak di segala lini kehidupan bernegara.

  1. Keruntuhan Ekonomi: Laporan dari International Monetary Fund (IMF) pada tahun 2016 memperkirakan bahwa kerugian akibat suap saja mencapai $1.5 hingga $2 triliun per tahun, atau sekitar 2% dari PDB dunia. Angka ini belum termasuk kerugian dari praktik korupsi lainnya seperti pencucian uang, penggelapan pajak, dan penyelewengan dana publik yang seharusnya digunakan untuk membiayai pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur.

  2. Pelanggaran Hak Asasi Manusia: Ada hubungan erat antara korupsi dan pelanggaran HAM. Para koruptor seringkali melihat kebebasan sipil sebagai penghalang tujuan mereka. Akibatnya, individu yang berani melaporkan tindak korupsi justru seringkali mendapatkan intimidasi dan tekanan, sementara pemerintah yang korup kehilangan kapasitas untuk melindungi hak-hak warganya.

  3. Meningkatnya Kemiskinan dan Ketidaksetaraan: Korupsi menciptakan ketidakadilan dalam distribusi kekayaan. Dana publik yang seharusnya menjadi investasi untuk kesejahteraan masyarakat justru masuk ke kantong segelintir pejabat. Hal ini menyebabkan ketidakmampuan negara dalam menyediakan layanan dasar, yang pada akhirnya memperlebar jurang kemiskinan dan ketidaksetaraan sosial.

  4. Instabilitas dan Kejahatan yang Merajalela: Ketika korupsi mengakar, stabilitas dan keamanan negara menjadi taruhan. Ketidakpercayaan pada sistem hukum dan pemerintah dapat memicu konflik sosial, bahkan hingga kejahatan perang dan kejahatan kemanusiaan. Korupsi, pada dasarnya, adalah "ekonomi politik dari kekerasan" (political economy of violence).

Korupsi Sebagai Budaya: Saat yang Salah Menjadi Biasa

Salah satu aspek paling berbahaya dari korupsi adalah ketika ia bertransformasi menjadi sebuah budaya (culture of corruption). Di titik ini, masyarakat mulai menerima dan memaklumi praktik korupsi sebagai sesuatu yang "lumrah" dan bahkan menjadi bagian dari "kebutuhan" untuk bertahan hidup. Studi ini membedakan tiga jenis budaya korupsi:

  • Budaya yang Menerima Korupsi (Coexisting with Corruption): Masyarakat menganggap korupsi sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari. Istilah "korupsi" kehilangan makna aslinya dan digantikan dengan kata-kata yang lebih sopan.

  • Budaya Korupsi Bersyarat (Conditional Corruption): Korupsi diperangi secara verbal, namun dimaklumi jika dilakukan untuk "sekadar menyambung hidup" atau dalam kondisi terdesak. Budaya ini sangat rentan untuk tergelincir menjadi penerimaan total.

  • Budaya yang Menolak Korupsi (Rejecting Corruption): Terbentuk karena alasan kultural yang kuat (seperti di Jepang dan Singapura) atau karena institusi negara yang berhasil membangun iklim integritas (climate of integrity).

Jalan Keluar: Membangun Kembali Negara Bebas Korupsi

Memberantas korupsi bukanlah tugas yang mudah, namun bukan berarti mustahil. Kuncinya terletak pada reformasi institusional dan penguatan demokrasi. Beberapa mekanisme kunci yang terbukti efektif antara lain:

  1. Sirkulasi Kekuasaan yang Damai: Pergantian kepemimpinan secara demokratis membuka ruang untuk membongkar praktik korupsi dari rezim sebelumnya.

  2. Multiplisitas Pusat Kekuasaan: Adanya mekanisme check and balances antar lembaga negara memungkinkan pengawasan yang lebih efektif dan mempersulit terjadinya penyelewengan.

  3. Media dan Yudikatif yang Independen: Pers yang bebas, pengadilan yang independen, dan masyarakat sipil (civil society) yang kuat adalah pilar utama dalam mengungkap dan mencegah korupsi.

Perang melawan korupsi tidak kalah sucinya dengan perang melawan terorisme. Ia adalah fondasi dari legitimasi moral setiap pemerintahan. Membangun kembali negara yang kuat dan sejahtera hanya bisa dimulai dengan memberantas wabah korupsi hingga ke akarnya. 

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

 

Di tengah tumpukan berkas dan layar monitor yang menyala terang, para pegawai kantoran di kota-kota besar, termasuk Jambi, menemukan sebuah "pelarian" baru. Bukan di kafe atau pusat perbelanjaan, melainkan di atas rumput sintetis lapangan mini soccer. Olahraga ini telah menjelma dari sekadar hobi menjadi bagian tak terpisahkan dari gaya hidup modern kaum urban.

Jam kerja yang panjang, rata-rata 42 hingga 48 jam per minggu, memaksa banyak pekerja hidup dalam rutinitas sedentary—terlalu banyak duduk dan minim aktivitas fisik. Akibatnya, risiko penyakit seperti obesitas, hipertensi, dan stres kerja meningkat drastis. Sebuah penelitian kualitatif yang diterbitkan dalam Jurnal Cerdas Sifa Pendidikan (2025) mencoba mengupas fenomena ini lebih dalam. Mengapa mini soccer begitu digandrungi oleh para pekerja kantoran? Jawabannya ternyata jauh lebih kompleks dari sekadar "mencari keringat."

Bukan Hanya Olahraga, tapi Pembangun Koneksi Sosial

Salah satu temuan menarik dari penelitian tersebut adalah peran mini soccer sebagai platform sosial. Di atas lapangan, sekat-sekat jabatan dan formalitas kantor seolah luruh. Momen-momen setelah pertandingan, di mana para pemain bercanda dan berinteraksi santai, menjadi ajang untuk mempererat solidaritas.

Bagi banyak pegawai, lapangan mini soccer adalah tempat untuk membangun dan memperluas jaringan, baik dengan rekan satu kantor maupun dari instansi lain. Suasana yang informal memungkinkan komunikasi yang lebih terbuka, yang pada akhirnya berdampak positif pada hubungan interpersonal di tempat kerja.

"Refreshing" di Tengah Padatnya Jadwal

Alasan utama para pekerja kantoran memilih mini soccer adalah fleksibilitasnya. Durasi permainan yang tidak terlalu lama dan jadwal yang bisa disesuaikan—biasanya di malam hari setelah jam kerja atau di akhir pekan—menjadikannya pilihan ideal bagi mereka yang memiliki keterbatasan waktu.

Lebih dari itu, mini soccer berfungsi sebagai media refreshing yang efektif. Setelah seharian berkutat dengan tekanan pekerjaan, berlari di lapangan hijau menjadi cara ampuh untuk melepaskan penat dan menyegarkan kembali pikiran. Aktivitas ini tidak hanya menyehatkan fisik, tetapi juga terbukti mampu meningkatkan kesejahteraan mental.

Hobi, Eksistensi, dan Gaya Hidup Modern

Di era digital, aktivitas olahraga juga menjadi bagian dari eksistensi diri. Banyak pemain yang mengabadikan momen kebersamaan tim mereka dan mengunggahnya ke media sosial. Hal ini menunjukkan pergeseran motivasi: mini soccer bukan lagi sekadar hobi pribadi, tetapi juga cara untuk menunjukkan citra diri yang aktif, sehat, dan seimbang antara kehidupan kerja dan personal (work-life balance).

Fasilitas yang semakin memadai, seperti lapangan yang terawat, ruang ganti yang bersih, hingga kantin, turut mendukung tren ini. Semua elemen tersebut menjadikan mini soccer sebagai sebuah paket gaya hidup lengkap yang menawarkan kesehatan, interaksi sosial, dan rekreasi dalam satu waktu.

Kesimpulan: Sebuah Solusi Praktis untuk Keseimbangan Hidup

Fenomena mini soccer di kalangan pegawai kantoran adalah cerminan dari kebutuhan masyarakat urban akan aktivitas yang tidak hanya menyehatkan, tetapi juga praktis dan mampu memenuhi kebutuhan sosial. Olahraga ini telah berhasil mengisi celah yang ditinggalkan oleh rutinitas kerja yang padat.

Pada akhirnya, mini soccer membuktikan bahwa lapangan hijau bisa menjadi ruang terapi yang ampuh untuk menjaga keseimbangan antara tuntutan profesional dan kualitas hidup personal. Ini bukan lagi sekadar permainan, melainkan sebuah investasi berharga untuk kesehatan fisik dan mental di tengah derasnya arus kehidupan modern.

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

 

Dalam sebuah pertandingan sepak bola berdurasi 90 menit, penonton seringkali terpukau oleh gocekan indah, umpan akurat, atau gol spektakuler. Namun, di balik semua keajaiban teknis itu, ada satu elemen fundamental yang seringkali luput dari perhatian: kondisi fisik prima.

Tanpa fondasi fisik yang kokoh, seorang pemain sepak bola modern tak akan mampu menampilkan performa terbaiknya secara konsisten. Pertandingan sepak bola adalah permainan dengan intensitas tinggi yang silih berganti. Ada momen berlari sprint untuk mengejar bola, berduel fisik dengan lawan, lalu diselingi dengan periode aktivitas intensitas rendah seperti berjalan atau jogging ringan.

Sebuah kajian ilmiah dari Jurnal Patriot (2021) menegaskan bahwa untuk bisa bertahan selama 2x45 menit, seorang pemain tidak bisa hanya mengandalkan skill. Ada tuntutan fisik spesifik yang harus dipenuhi. Dari berbagai komponen fisik, ada tiga yang menjadi pilar utama.

1. Daya Tahan Aerobik: "Napas Kuda" Selama 90 Menit

Pernah melihat pemain yang sudah kehabisan napas di pertengahan babak kedua? Itu adalah tanda bahwa daya tahan aerobiknya kurang.

Daya tahan aerobik adalah kemampuan jantung dan paru-paru untuk menyuplai oksigen ke seluruh tubuh selama melakukan aktivitas fisik dalam waktu lama dengan intensitas rendah hingga sedang. Dalam sepak bola, ini adalah "bahan bakar" utama yang memungkinkan pemain untuk terus bergerak, berlari, dan menjaga fokus dari peluit awal hingga akhir.

Tanpa daya tahan aerobik yang baik, seorang pemain akan cepat lelah. Akibatnya, pengambilan keputusan menjadi buruk, akurasi umpan menurun, dan kecepatan lari pun melambat. Kemampuan ini sering diukur dengan tes VO2Max, yang menunjukkan kapasitas tubuh dalam mengelola oksigen.

2. Kecepatan: Senjata Utama dalam Menyerang dan Bertahan

Dalam sepak bola modern, kecepatan adalah segalanya. Lari cepat atau sprint mungkin hanya menyumbang sekitar 11% dari total jarak yang ditempuh pemain selama pertandingan. Namun, momen-momen inilah yang seringkali menjadi penentu.

Kecepatan dibutuhkan untuk:

  • Mengejar umpan terobosan dari rekan setim.

  • Mengalahkan bek lawan dalam situasi satu lawan satu.

  • Melakukan transisi cepat dari bertahan ke menyerang (serangan balik).

  • Menutup ruang gerak lawan saat bertahan.

Kecepatan bukan hanya soal berlari lurus, tetapi juga kemampuan bereaksi cepat terhadap situasi permainan dan bergerak secepat mungkin untuk mencapai posisi yang menguntungkan.

3. Kelentukan (Fleksibilitas): Kunci Gerakan Dinamis dan Pencegahan Cedera

Mungkin terdengar sepele, namun kelentukan adalah komponen fisik yang krusial. Kelentukan adalah kemampuan sendi untuk bergerak secara leluasa ke segala arah.

Dalam sepak bola, kelentukan, terutama pada bagian pinggang dan panggul, sangat dibutuhkan untuk melakukan gerakan-gerakan dinamis seperti:

  • Melakukan heading (menyundul bola): Gerakan melengkungkan punggung saat menyundul membutuhkan fleksibilitas pinggang yang baik.

  • Mengubah arah lari secara tiba-tiba: Untuk menghindari lawan atau merespons pergerakan bola.

  • Melakukan tendangan akrobatik: Seperti tendangan salto atau voli.

Selain mendukung performa, kelentukan juga berperan penting dalam pencegahan cedera. Otot yang kaku dan kurang fleksibel jauh lebih rentan mengalami cedera hamstring, cedera pangkal paha, dan masalah otot lainnya.

Kesimpulan: Fisik adalah Fondasi, Teknik adalah Mahkota

Pada akhirnya, sepak bola adalah perpaduan harmonis antara kemampuan fisik, teknik, taktik, dan mental. Namun, tanpa kondisi fisik yang mumpuni, ketiga aspek lainnya tidak akan bisa keluar secara maksimal.

Bagi para pemain muda di Sekolah Sepak Bola (SSB) hingga level profesional, membangun fondasi fisik yang kuat bukanlah pilihan, melainkan sebuah keharusan. Sebab di lapangan hijau, pemain dengan "napas kuda", kecepatan kilat, dan tubuh yang lentur-lah yang akan menjadi pemenang.

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

Apa Itu Sarjana Informatika?

Sarjana Informatika adalah gelar akademik yang diperoleh setelah menyelesaikan program studi Strata 1 (S1) di bidang informatika atau ilmu komputer. Program studi ini mempelajari tentang prinsip-prinsip dasar ilmu komputer, pengembangan perangkat lunak, pemrograman, algoritma, basis data, jaringan komputer, dan teknologi informasi lainnya.

Mengapa Memilih Studi Sarjana Informatika?

  • Relevansi di Era Digital: Di era digital saat ini, teknologi informasi menjadi tulang punggung berbagai sektor industri. Lulusan informatika memiliki keahlian yang sangat dibutuhkan di pasar kerja.
  • Peluang Karir yang Luas: Lulusan informatika dapat bekerja di berbagai bidang, seperti pengembang perangkat lunak, analis sistem, administrator jaringan, data scientist, web developer, dan banyak lagi.
  • Gaji yang Kompetitif: Profesi di bidang informatika umumnya menawarkan gaji yang kompetitif, bahkan untuk lulusan baru.
  • Tantangan Intelektual: Studi informatika menuntut kemampuan berpikir logis, analitis, dan kreatif. Ini adalah bidang yang cocok bagi mereka yang menyukai tantangan intelektual.
  • Potensi Inovasi: Teknologi informasi terus berkembang pesat. Lulusan informatika memiliki kesempatan untuk berkontribusi dalam inovasi teknologi dan menciptakan solusi baru.

Mata Kuliah yang Dipelajari

Selama studi sarjana informatika, Anda akan mempelajari berbagai mata kuliah, seperti:

  • Pemrograman: Belajar berbagai bahasa pemrograman seperti Java, Python, C++, dan lainnya.
  • Struktur Data dan Algoritma: Mempelajari cara menyimpan dan mengelola data secara efisien serta merancang algoritma untuk menyelesaikan masalah.
  • Basis Data: Mempelajari cara merancang, mengelola, dan mengakses basis data.
  • Jaringan Komputer: Mempelajari tentang prinsip-prinsip jaringan komputer dan cara membangun serta mengelola jaringan.
  • Sistem Operasi: Mempelajari tentang cara kerja sistem operasi dan cara berinteraksi dengannya.
  • Rekayasa Perangkat Lunak: Mempelajari tentang proses pengembangan perangkat lunak, mulai dari perencanaan hingga pengujian.
  • Kecerdasan Buatan: Mempelajari tentang konsep dan teknik kecerdasan buatan, seperti machine learning dan deep learning.

Prospek Karir Lulusan Informatika

Lulusan informatika memiliki prospek karir yang cerah di berbagai industri, seperti:

  • Perusahaan Teknologi: Bekerja di perusahaan teknologi besar seperti Google, Microsoft, Facebook, atau perusahaan startup teknologi.
  • Perusahaan Keuangan: Mengembangkan sistem informasi dan aplikasi untuk perbankan, asuransi, atau investasi.
  • Perusahaan Manufaktur: Menerapkan teknologi informasi untuk meningkatkan efisiensi produksi dan manajemen rantai pasokan.
  • Perusahaan Kesehatan: Mengembangkan sistem informasi kesehatan dan aplikasi medis.
  • Pemerintah: Bekerja di lembaga pemerintah untuk mengembangkan dan mengelola sistem informasi publik.
  • Pendidikan: Menjadi dosen atau peneliti di bidang informatika.
  • Wirausaha: Membangun perusahaan teknologi sendiri.

Studi sarjana informatika menawarkan peluang yang menarik bagi mereka yang tertarik dengan dunia teknologi. Dengan keahlian yang relevan dan prospek karir yang cerah, lulusan informatika siap menghadapi tantangan dan peluang di era digital. Jika Anda memiliki passion di bidang teknologi dan ingin berkontribusi dalam inovasi, maka studi sarjana informatika adalah pilihan yang tepat untuk Anda.

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

 

https://www.instagram.com/achmadpen/p/C_sos2qy18A/

Apa itu Beasiswa BIB?

Beasiswa Indonesia Bangkit (BIB) adalah program beasiswa fully-funded dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek) bagi lulusan SMA/sederajat dan sarjana untuk melanjutkan studi S1 atau S2 di perguruan tinggi terbaik di dalam dan luar negeri. BIB menawarkan berbagai skema beasiswa, termasuk beasiswa prestasi, beasiswa afirmasi, dan beasiswa vokasi.

Apa itu Beasiswa LPDP?

Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) adalah lembaga yang mengelola dana abadi pendidikan untuk membiayai studi lanjut bagi masyarakat Indonesia. Beasiswa LPDP mencakup berbagai jenjang pendidikan, mulai dari magister, doktor, hingga program profesi. LPDP juga menawarkan beasiswa targeted untuk bidang-bidang prioritas nasional.

Tips Persiapan Seleksi Beasiswa LPDP

  1. Pahami Persyaratan: Pastikan Anda memenuhi semua persyaratan administrasi dan akademik yang ditetapkan oleh LPDP.
  2. Persiapkan Esai: Esai adalah komponen penting dalam seleksi LPDP. Tulislah esai yang kuat dan meyakinkan, dengan fokus pada motivasi, tujuan studi, dan kontribusi Anda bagi Indonesia.
  3. Latihan Tes Bakat Skolastik: LPDP menggunakan Tes Bakat Skolastik (TBS) untuk mengukur kemampuan akademik Anda. Latihan secara rutin untuk meningkatkan skor TBS Anda.
  4. Persiapkan Wawancara: Wawancara adalah tahap akhir seleksi LPDP. Latihlah kemampuan komunikasi dan presentasi Anda, serta siapkan jawaban yang jelas dan meyakinkan untuk pertanyaan-pertanyaan umum.

Tips Persiapan Mock-up Wawancara

  • Simulasikan Kondisi Nyata: Latihan wawancara dengan teman atau mentor untuk mendapatkan umpan balik yang konstruktif.
  • Persiapkan Jawaban untuk Pertanyaan Umum: Pelajari pertanyaan-pertanyaan umum yang sering ditanyakan dalam wawancara beasiswa dan siapkan jawaban yang jelas dan ringkas.
  • Perhatikan Bahasa Tubuh: Bahasa tubuh yang baik menunjukkan kepercayaan diri dan profesionalisme.
  • Berpakaian Rapi: Tampilkan kesan yang baik dengan berpakaian rapi dan sopan.

Tips Memilih Kampus

  1. Reputasi dan Akreditasi: Pilihlah kampus dengan reputasi dan akreditasi yang baik, baik di dalam maupun luar negeri.
  2. Program Studi: Pastikan kampus menawarkan program studi yang sesuai dengan minat dan tujuan karir Anda.
  3. Fasilitas dan Sumber Daya: Pertimbangkan fasilitas dan sumber daya yang tersedia di kampus, seperti perpustakaan, laboratorium, dan pusat karir.
  4. Biaya Hidup: Perhitungkan biaya hidup di lokasi kampus, terutama jika Anda berencana studi di luar negeri.
  5. Lingkungan Kampus: Cari tahu tentang kehidupan kampus dan budaya akademik di kampus tersebut.

Butuh Bantuan Persiapan Seleksi Beasiswa BIB dan LPDP?

Saya menawarkan layanan private persiapan seleksi beasiswa BIB dan LPDP. Dengan pengalaman dan pengetahuan saya, saya akan membantu Anda memaksimalkan peluang Anda untuk meraih beasiswa impian.

Hubungi saya:

  • Email: Achmad1996ar@gmail.com
  • Instagram : @Achmadpen

Jangan lewatkan kesempatan untuk meraih pendidikan berkualitas dengan beasiswa!

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar


Memutuskan langkah selanjutnya setelah meraih gelar sarjana adalah pilihan krusial yang akan membentuk jalur karir Anda. Apakah Anda harus langsung terjun ke dunia kerja atau melanjutkan pendidikan ke jenjang magister? Artikel ini akan membandingkan peluang dan tantangan yang dihadapi oleh lulusan sarjana dan magister di dunia kerja, membantu Anda membuat keputusan yang tepat.

Kerja Setelah Sarjana (S1)

  • Peluang:

    • Masuk ke Dunia Kerja Lebih Cepat: Anda dapat segera menerapkan pengetahuan yang diperoleh selama kuliah dan mendapatkan pengalaman praktis di bidang yang Anda minati.
    • Peluang Kerja yang Luas: Gelar sarjana membuka pintu ke berbagai posisi di berbagai industri, terutama posisi entry-level yang membutuhkan kualifikasi sarjana.
    • Pengembangan Keterampilan dan Jaringan: Anda dapat mengembangkan keterampilan profesional dan membangun jaringan dengan rekan kerja dan atasan.
  • Tantangan:

    • Persaingan yang Ketat: Anda akan bersaing dengan banyak lulusan sarjana lainnya, terutama di bidang-bidang populer.
    • Gaji Awal yang Mungkin Lebih Rendah: Gaji awal untuk lulusan sarjana mungkin lebih rendah dibandingkan lulusan magister, terutama di posisi-posisi tertentu.
    • Keterbatasan Jenjang Karir: Tanpa kualifikasi tambahan, Anda mungkin menghadapi keterbatasan dalam mencapai posisi senior atau manajerial.

Kerja Setelah Magister (S2)

  • Peluang:

    • Peluang Karir yang Lebih Tinggi: Gelar magister membuka pintu ke posisi yang lebih tinggi, lebih bergengsi, dan lebih terspesialisasi dengan gaji yang lebih baik.
    • Pengembangan Keahlian yang Lebih Mendalam: Anda akan mendapatkan pengetahuan dan keahlian yang lebih mendalam di bidang studi Anda, membuat Anda lebih kompetitif di pasar kerja.
    • Jaringan Profesional yang Lebih Luas: Anda akan memiliki kesempatan untuk membangun jaringan dengan para ahli dan profesional di bidang Anda.
  • Tantangan:

    • Investasi Waktu dan Biaya: Melanjutkan pendidikan ke jenjang magister membutuhkan investasi waktu dan biaya yang signifikan.
    • Persaingan yang Lebih Tinggi: Anda akan bersaing dengan lulusan magister lainnya yang memiliki kualifikasi serupa.
    • Ekspektasi yang Lebih Tinggi: Anda akan diharapkan memiliki kinerja dan tanggung jawab yang lebih tinggi sesuai dengan kualifikasi Anda.

Faktor-faktor yang Perlu Dipertimbangkan

  • Tujuan Karir: Apakah Anda ingin segera bekerja atau ingin mengembangkan keahlian lebih lanjut sebelum memasuki dunia kerja?
  • Bidang Studi: Beberapa bidang studi, seperti teknik, kedokteran, atau hukum, mungkin memerlukan gelar magister untuk mencapai posisi tertentu.
  • Kemampuan Finansial: Pertimbangkan biaya pendidikan magister dan potensi pengembalian investasi dalam jangka panjang.
  • Kesiapan Mental: Apakah Anda siap untuk kembali ke lingkungan akademik dan menghadapi tuntutan studi yang lebih tinggi?

Tidak ada jawaban yang mutlak benar atau salah dalam memilih antara bekerja setelah sarjana atau melanjutkan pendidikan ke jenjang magister. Pilihan terbaik tergantung pada tujuan karir, bidang studi, kemampuan finansial, dan kesiapan mental Anda. Pertimbangkan dengan matang semua faktor tersebut dan buatlah keputusan yang paling sesuai dengan aspirasi dan situasi Anda.

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

Pendidikan magister atau S2 seringkali dianggap sebagai langkah lanjutan bagi mereka yang ingin memperdalam pengetahuan dan meningkatkan karir. Namun, apakah gelar magister benar-benar penting di era modern ini? Artikel ini akan mengulas mengapa pendidikan magister itu penting, serta keunggulan dan manfaatnya bagi individu dan masyarakat.

Pentingnya Pendidikan Magister

  1. Pengembangan Keahlian Spesifik: Program magister memungkinkan individu untuk mendalami bidang studi tertentu secara lebih mendalam dan terfokus. Hal ini akan meningkatkan keahlian spesifik dan pemahaman mendalam tentang topik-topik yang relevan dengan bidang tersebut.

  2. Keunggulan Kompetitif: Gelar magister memberikan keunggulan kompetitif di pasar kerja yang semakin ketat. Lulusan S2 cenderung memiliki peluang lebih besar untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik, gaji yang lebih tinggi, dan jenjang karir yang lebih cepat.

  3. Jaringan Profesional: Program magister menyediakan kesempatan untuk membangun jaringan profesional yang luas dengan sesama mahasiswa, dosen, dan alumni. Jaringan ini dapat menjadi aset berharga dalam pengembangan karir dan peluang bisnis di masa depan.

  4. Pengembangan Kemampuan Riset: Program magister sering kali melibatkan penelitian independen atau proyek tesis. Hal ini membantu mengembangkan kemampuan riset, analisis kritis, dan pemecahan masalah yang sangat dibutuhkan di berbagai bidang pekerjaan.

  5. Kontribusi bagi Masyarakat: Lulusan magister dengan pengetahuan dan keahlian yang mendalam dapat memberikan kontribusi yang signifikan bagi masyarakat melalui penelitian, inovasi, dan pengembangan solusi untuk berbagai masalah sosial dan ekonomi.

Manfaat Pendidikan Magister

  • Peningkatan Penghasilan: Studi menunjukkan bahwa lulusan S2 cenderung memiliki penghasilan yang lebih tinggi dibandingkan lulusan S1.
  • Peluang Karir yang Lebih Luas: Gelar magister membuka pintu bagi berbagai peluang karir yang lebih luas dan beragam, termasuk posisi kepemimpinan dan spesialisasi.
  • Pengembangan Diri: Pendidikan magister membantu individu mengembangkan kepercayaan diri, kemandirian, dan kemampuan berpikir kritis.
  • Kepuasan Pribadi: Mengejar pendidikan lebih tinggi dapat memberikan kepuasan pribadi dan rasa pencapaian yang mendalam.

Pendidikan magister memiliki peran penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan mendorong kemajuan masyarakat. Meskipun investasi waktu dan biaya, manfaat yang diperoleh dari pendidikan magister jauh lebih besar dalam jangka panjang. Jika Anda ingin mengembangkan keahlian, memperluas jaringan, dan mencapai kesuksesan karir yang lebih tinggi, pendidikan magister adalah langkah yang tepat untuk Anda.

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

 

Apa Itu Manajemen?

Manajemen adalah seni dan ilmu mengatur sumber daya organisasi (manusia, keuangan, material, informasi) untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Ini melibatkan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian semua aktivitas dalam organisasi.

Mengapa Ilmu Manajemen Penting?

Ilmu manajemen menjadi semakin krusial di era digital dan globalisasi karena beberapa alasan:

  • Kompleksitas: Organisasi modern menghadapi lingkungan yang semakin kompleks dan dinamis. Manajemen membantu mengatasi kompleksitas ini dengan menyediakan kerangka kerja untuk pengambilan keputusan dan pemecahan masalah yang efektif.
  • Persaingan Global: Di era globalisasi, perusahaan bersaing di pasar global. Manajemen membantu organisasi mengembangkan strategi untuk bersaing secara efektif dan memenangkan pangsa pasar.
  • Perubahan Teknologi: Teknologi digital mengubah cara bisnis beroperasi. Manajemen membantu organisasi beradaptasi dengan perubahan teknologi dan memanfaatkan peluang yang ditawarkan oleh teknologi baru.
  • Sumber Daya Manusia: Karyawan adalah aset paling berharga bagi organisasi. Manajemen membantu organisasi menarik, mengembangkan, dan mempertahankan talenta terbaik.

Peluang Karir Ilmu Manajemen

Lulusan Magister Manajemen memiliki peluang karir yang luas dan beragam di berbagai sektor:

  • Manajer Umum: Memimpin keseluruhan operasi organisasi.
  • Manajer Fungsional: Memimpin fungsi spesifik seperti pemasaran, keuangan, operasi, atau sumber daya manusia.
  • Konsultan Manajemen: Memberikan saran dan solusi manajemen kepada organisasi.
  • Entrepreneur: Memulai dan mengembangkan bisnis sendiri.
  • Analis Bisnis: Menganalisis data dan memberikan wawasan untuk pengambilan keputusan manajemen.
  • Manajer Proyek: Memimpin dan mengelola proyek dari awal hingga akhir.

Topik-topik Manajemen yang Relevan di Era Digital

Beberapa topik manajemen yang sangat relevan dengan tantangan dan peluang yang dihadapi oleh organisasi di era digital dan globalisasi saat ini adalah:

  • Transformasi Digital: Bagaimana organisasi dapat bertransformasi secara digital untuk tetap relevan dan kompetitif.
  • Kepemimpinan di Era Digital: Bagaimana mengembangkan gaya kepemimpinan yang efektif di era digital.
  • Inovasi dan Kewirausahaan: Bagaimana mendorong inovasi dan kewirausahaan dalam organisasi.
  • Manajemen Talenta di Era Digital: Bagaimana menarik, mengembangkan, dan mempertahankan talenta terbaik di era digital.
  • Analisis Data dan Pengambilan Keputusan: Bagaimana menggunakan data untuk membuat keputusan manajemen yang lebih baik.
  • Manajemen Rantai Pasokan Global: Bagaimana mengelola rantai pasokan yang kompleks di era globalisasi.
  • Etika dan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan: Bagaimana memastikan bahwa organisasi beroperasi secara etis dan bertanggung jawab.

Jurusan Magister Manajemen membekali individu dengan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk memimpin organisasi di era digital dan globalisasi. Lulusan program ini memiliki peluang karir yang luas dan dapat memberikan kontribusi signifikan bagi kesuksesan organisasi di masa depan.

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

 

Universitas Telkom, yang sebelumnya dikenal sebagai Sekolah Tinggi Teknologi Telkom (STTTelkom), telah menjelma menjadi salah satu perguruan tinggi swasta terkemuka di Indonesia, khususnya dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi. Dengan reputasi yang kuat dan komitmen terhadap inovasi, Universitas Telkom menawarkan berbagai program studi unggulan, termasuk program Magister Manajemen yang patut dipertimbangkan.

Prospek Cerah Lulusan Universitas Telkom

Lulusan Universitas Telkom memiliki prospek kerja yang sangat baik, terutama di industri telekomunikasi, teknologi informasi, dan sektor-sektor terkait. Reputasi universitas yang kuat dan kurikulum yang relevan dengan industri membuat lulusannya sangat dicari oleh perusahaan-perusahaan terkemuka. Selain itu, Universitas Telkom juga memiliki jaringan alumni yang luas, yang dapat membuka peluang kerja dan kolaborasi bagi lulusannya.

Keunggulan Universitas Telkom

  1. Fokus pada Teknologi dan Inovasi: Universitas Telkom memiliki fokus yang kuat pada teknologi dan inovasi. Kurikulumnya dirancang untuk mengikuti perkembangan terbaru di industri, sehingga lulusannya memiliki keterampilan yang relevan dan siap menghadapi tantangan masa depan.

  2. Fasilitas Modern dan Lengkap: Universitas Telkom dilengkapi dengan fasilitas modern dan lengkap, termasuk laboratorium-laboratorium canggih, perpustakaan digital, dan pusat inovasi. Semua ini mendukung proses pembelajaran dan penelitian, serta mendorong mahasiswa untuk mengembangkan kreativitas dan keterampilan praktis.

  3. Dosen Berkualitas dan Berpengalaman: Universitas Telkom memiliki dosen-dosen yang berkualitas dan berpengalaman, baik dari kalangan akademisi maupun praktisi industri. Mereka tidak hanya mengajar teori, tetapi juga berbagi pengalaman dan pengetahuan praktis, memberikan wawasan berharga bagi mahasiswa.

  4. Kerjasama dengan Industri: Universitas Telkom menjalin kerjasama yang erat dengan berbagai perusahaan dan lembaga di industri. Hal ini membuka peluang bagi mahasiswa untuk magang, melakukan penelitian, dan mendapatkan pengalaman kerja yang relevan sebelum lulus.

  5. Lingkungan Kampus yang Mendukung: Universitas Telkom memiliki lingkungan kampus yang mendukung dan inspiratif. Mahasiswa dapat berinteraksi dengan teman-teman dari berbagai latar belakang, berpartisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler, dan mengembangkan soft skill yang penting.

Program Magister Manajemen: Pilihan Tepat untuk Pengembangan Karir

Program Magister Manajemen di Universitas Telkom merupakan pilihan tepat bagi para profesional yang ingin mengembangkan karir mereka di bidang manajemen. Program ini menawarkan kurikulum yang komprehensif, mencakup berbagai aspek manajemen, seperti strategi, pemasaran, keuangan, operasi, dan sumber daya manusia.

Keunggulan Program Magister Manajemen:

  • Kurikulum yang relevan dengan industri dan kebutuhan pasar
  • Dosen berkualitas dan berpengalaman dari kalangan akademisi dan praktisi
  • Metode pembelajaran yang interaktif dan inovatif
  • Peluang networking dengan para profesional dan alumni
  • Dukungan karir yang komprehensif
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

Yogyakarta, kota pelajar yang kaya akan budaya dan sejarah, menjadi rumah bagi berbagai institusi pendidikan tinggi ternama. Salah satunya adalah Universitas Amikom Yogyakarta, yang dikenal akan fokusnya pada teknologi informasi dan komunikasi. Bagi calon mahasiswa yang bercita-cita menjadi ahli di bidang teknologi, Universitas Amikom Yogyakarta menawarkan berbagai daya tarik, terutama melalui Jurusan Informatika untuk program sarjana.

Daya Tarik Universitas Amikom Yogyakarta

  1. Fokus pada Teknologi Informasi dan Komunikasi: Universitas Amikom Yogyakarta memiliki reputasi yang kuat dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi. Kurikulum yang relevan dengan industri dan fasilitas modern memastikan mahasiswa siap menghadapi tuntutan dunia kerja.

  2. Tenaga Pengajar Berkualitas: Universitas Amikom Yogyakarta memiliki dosen-dosen yang berpengalaman dan ahli di bidangnya. Mereka tidak hanya mengajar teori, tetapi juga berbagi pengalaman praktis, memberikan wawasan berharga bagi mahasiswa.

  3. Fasilitas Modern: Universitas ini dilengkapi dengan fasilitas modern, seperti laboratorium komputer terbaru, studio multimedia, dan perpustakaan digital yang lengkap. Semua ini mendukung proses pembelajaran dan pengembangan kreativitas mahasiswa.

  4. Lingkungan Kampus yang Kondusif: Universitas Amikom Yogyakarta memiliki lingkungan kampus yang nyaman dan kondusif untuk belajar. Mahasiswa dapat berinteraksi dengan teman-teman dari berbagai latar belakang, memperluas jaringan, dan mengembangkan soft skill yang penting.

  5. Kegiatan Ekstrakurikuler yang Beragam: Universitas ini menawarkan berbagai kegiatan ekstrakurikuler yang menarik, seperti klub robotika, klub desain grafis, dan klub pengembangan game. Mahasiswa dapat menyalurkan minat dan bakat mereka di luar kelas.

Jurusan Informatika untuk Sarjana

Jurusan Informatika di Universitas Amikom Yogyakarta merupakan pilihan tepat bagi calon mahasiswa yang ingin mendalami ilmu komputer dan teknologi informasi. Program studi ini menawarkan kurikulum yang komprehensif, mencakup berbagai bidang seperti pemrograman, basis data, jaringan komputer, kecerdasan buatan, dan pengembangan perangkat lunak.

Keunggulan Jurusan Informatika:

  • Kurikulum yang relevan dengan industri
  • Dosen-dosen yang berpengalaman dan ahli
  • Fasilitas laboratorium yang lengkap
  • Peluang magang di perusahaan ternama
  • Prospek kerja yang luas

Prospek Kerja Lulusan Informatika:

Lulusan Jurusan Informatika memiliki prospek kerja yang cerah di berbagai bidang, seperti:

  • Pengembang perangkat lunak
  • Analis sistem
  • Administrator jaringan
  • Spesialis keamanan informasi
  • Konsultan IT
  • Entrepreneur di bidang teknologi

Kesimpulan

Universitas Amikom Yogyakarta adalah pilihan yang menarik bagi calon mahasiswa yang ingin berkarier di bidang teknologi informasi dan komunikasi. Jurusan Informatika menawarkan kurikulum yang berkualitas, fasilitas modern, dan prospek kerja yang luas. Dengan lingkungan kampus yang kondusif dan kegiatan ekstrakurikuler yang beragam, Universitas Amikom Yogyakarta memberikan pengalaman kuliah yang tak terlupakan.

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

Pendahuluan

Di era globalisasi dan digitalisasi yang semakin maju, persaingan di dunia kerja pun semakin ketat. Angkatan kerja dituntut tidak hanya memiliki ijazah, tetapi juga keterampilan yang relevan, adaptif, dan mampu bersaing secara global. Program Kartu Prakerja hadir sebagai inisiatif strategis pemerintah Indonesia untuk menjawab tantangan ini. Artikel ini akan mengulas secara mendalam bagaimana Program Kartu Prakerja mempersiapkan angkatan kerja menjadi siap kerja dan kompetitif, serta bukti-bukti kesuksesan yang telah dicapai.

Mekanisme Program Kartu Prakerja

Kartu Prakerja adalah program bantuan biaya pelatihan bagi masyarakat Indonesia yang ingin meningkatkan kompetensinya. Program ini memberikan akses kepada peserta untuk memilih berbagai pelatihan daring (online) dan luring (offline) dari berbagai lembaga pelatihan terkemuka. Selain biaya pelatihan, peserta juga mendapatkan insentif setelah menyelesaikan pelatihan, yang dapat digunakan untuk modal usaha atau kebutuhan sehari-hari.

Peran Kartu Prakerja dalam Meningkatkan Kesiapan Kerja dan Daya Saing

  1. Pengembangan Keterampilan yang Relevan dan Sesuai Kebutuhan Pasar: Program ini menawarkan beragam pelatihan yang mencakup berbagai bidang, mulai dari teknologi informasi, pemasaran digital, bahasa asing, hingga keterampilan vokasi dan kewirausahaan. Peserta dapat memilih pelatihan yang sesuai dengan minat, bakat, dan kebutuhan pasar kerja, sehingga mereka dapat mengembangkan keterampilan yang relevan dan dibutuhkan oleh industri.

  2. Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia: Dengan memperoleh keterampilan baru dan meningkatkan kompetensi, peserta Kartu Prakerja akan mengalami peningkatan kualitas sumber daya manusia. Mereka akan lebih siap menghadapi persaingan, mampu memberikan kontribusi yang lebih besar bagi perusahaan, dan berpeluang mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dengan gaji yang lebih tinggi.

  3. Adaptabilitas terhadap Perubahan: Dunia kerja terus berubah dengan cepat, sehingga kemampuan untuk beradaptasi menjadi sangat penting. Kartu Prakerja mendorong peserta untuk terus belajar dan mengembangkan diri sepanjang hayat, sehingga mereka dapat tetap relevan dan mampu menghadapi perubahan yang terjadi di dunia kerja.

  4. Dorongan Kewirausahaan: Program ini juga menyediakan pelatihan kewirausahaan bagi mereka yang ingin memulai bisnis sendiri. Dengan memberikan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan, Kartu Prakerja membantu menciptakan wirausahawan baru yang dapat menciptakan lapangan kerja, mendorong pertumbuhan ekonomi, dan mengurangi tingkat pengangguran.

  5. Peningkatan Kepercayaan Diri dan Motivasi: Mengikuti pelatihan dan berhasil menyelesaikannya dapat meningkatkan kepercayaan diri dan motivasi peserta. Mereka akan merasa lebih siap dan percaya diri dalam menghadapi tantangan dunia kerja.

  6. Jaringan dan Kolaborasi: Program Kartu Prakerja juga memberikan kesempatan bagi peserta untuk membangun jaringan dan berkolaborasi dengan sesama peserta, instruktur, dan profesional di bidangnya. Hal ini dapat membuka peluang baru, baik dalam mencari pekerjaan maupun mengembangkan karir.

Bukti Kesuksesan Program Kartu Prakerja

Berbagai studi dan survei telah menunjukkan dampak positif Program Kartu Prakerja terhadap kesiapan kerja, daya saing, dan kesejahteraan peserta.

  • Peningkatan Keterampilan dan Pengetahuan: Peserta melaporkan peningkatan keterampilan, pengetahuan, dan kepercayaan diri setelah mengikuti pelatihan.
  • Peluang Kerja yang Lebih Baik: Banyak peserta yang berhasil mendapatkan pekerjaan atau meningkatkan karir mereka setelah mengikuti pelatihan Kartu Prakerja.
  • Peningkatan Pendapatan: Peserta juga melaporkan peningkatan pendapatan setelah mengikuti pelatihan, baik melalui pekerjaan baru maupun pengembangan usaha sendiri.
  • Kewirausahaan: Program ini telah berhasil mendorong terciptanya wirausahawan baru yang berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi.
  • Pemberdayaan Perempuan dan Penyandang Disabilitas: Kartu Prakerja memberikan kesempatan yang sama bagi semua orang, termasuk perempuan dan penyandang disabilitas, untuk meningkatkan keterampilan dan mendapatkan pekerjaan yang layak.

Kesimpulan

Program Kartu Prakerja merupakan langkah strategis pemerintah dalam mempersiapkan angkatan kerja Indonesia untuk menghadapi tantangan dunia kerja di era globalisasi dan digitalisasi. Dengan menyediakan akses pelatihan yang relevan dan berkualitas, program ini membantu peserta mengembangkan keterampilan, meningkatkan daya saing, beradaptasi dengan perubahan, dan mendorong kewirausahaan. Bukti-bukti kesuksesan yang telah dicapai menunjukkan bahwa Kartu Prakerja efektif dalam mempersiapkan angkatan kerja menjadi siap kerja dan kompetitif, serta memberikan kontribusi positif bagi perekonomian dan pembangunan Indonesia.

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

Apa itu Cegil? Sejarah, Arti, dan Dampaknya bagi Perempuan

Cegil adalah sebuah istilah bahasa gaul yang berasal dari singkatan “cewek gila”. Istilah ini biasanya digunakan untuk menyebut perempuan yang memiliki sikap atau perilaku yang dianggap tidak wajar, seperti obsesif, agresif, posesif, atau problematik. Cegil juga sering dikaitkan dengan perempuan yang terjebak dalam hubungan tanpa status (HTS) atau hubungan yang tidak sehat (toxic relationship).

Sejarah Istilah Cegil

Istilah cegil pertama kali digunakan oleh penyanyi Niki Zefanya dalam album terbarunya yang berjudul Nicole. Lagu utama dari album tersebut, yaitu Backburner, menceritakan tentang seseorang yang menunggu kepastian dari pasangannya. Lagu ini menjadi viral di media sosial, terutama TikTok, dan banyak digunakan sebagai latar belakang video yang mengekspresikan perasaan cegil . Istilah cegil kemudian menyebar dan digunakan oleh banyak pengguna media sosial, terutama wanita, untuk menyebut diri mereka sendiri atau orang lain yang memiliki sikap atau perilaku yang dianggap tidak wajar, seperti obsesif, agresif, posesif, atau problematik .

Arti Istilah Cegil

Istilah cegil memiliki arti yang bersifat negatif. Istilah ini mengandung makna pelecehan, penghinaan, atau stigma terhadap perempuan yang memiliki sikap atau perilaku yang tidak sesuai dengan norma atau harapan masyarakat. Istilah ini juga menunjukkan ketidaksetaraan gender, karena perempuan yang cegil sering dianggap sebagai korban atau pelaku yang tidak berdaya, sedangkan laki-laki yang cogil sering dianggap sebagai pemenang atau pemimpin yang berkuasa. Istilah ini juga dapat menimbulkan diskriminasi, kekerasan, atau gangguan kesehatan mental bagi perempuan yang disebut atau merasa sebagai cegil.

Istilah cegil juga memiliki padanan untuk laki-laki, yaitu cogil, yang merupakan singkatan dari “cowok gila”. Cogil memiliki arti yang serupa dengan cegil, yaitu laki-laki yang memiliki sikap atau perilaku yang tidak wajar. Namun, istilah cogil tidak sepopuler istilah cegil di media sosial.

Dampak Istilah Cegil bagi Perempuan

Penggunaan istilah cegil terhadap perempuan dapat berdampak negatif terhadap kesehatan mental mereka. Berikut adalah beberapa dampak yang mungkin terjadi:

  • Pelecehan, penghinaan, atau stigma terhadap perempuan yang memiliki sikap atau perilaku yang tidak sesuai dengan norma atau harapan masyarakat. Istilah cegil mengandung makna yang bersifat menyerang, merendahkan, atau menyalahkan perempuan karena dianggap tidak normal atau tidak sehat. Hal ini dapat menimbulkan rasa malu, tidak berharga, tidak percaya diri, atau tidak diterima oleh perempuan yang disebut atau merasa sebagai cegil .
  • Ketidaksetaraan gender, karena perempuan yang cegil sering dianggap sebagai korban atau pelaku yang tidak berdaya, sedangkan laki-laki yang cogil sering dianggap sebagai pemenang atau pemimpin yang berkuasa. Istilah cegil mencerminkan fenomena sosial yang tidak adil dan tidak menghormati hak dan martabat perempuan. Hal ini dapat menimbulkan rasa frustrasi, marah, atau putus asa bagi perempuan yang disebut atau merasa sebagai cegil .
  • Diskriminasi, kekerasan, atau gangguan kesehatan mental bagi perempuan yang disebut atau merasa sebagai cegil. Istilah cegil dapat menjadi alasan atau pembenaran untuk melakukan tindakan yang merugikan atau menyakiti perempuan, seperti pelecehan, penganiayaan, pemerkosaan, atau pembunuhan. Istilah cegil juga dapat menjadi pemicu atau penguat untuk perempuan mengalami gangguan kesehatan mental, seperti depresi, kecemasan, fobia, gangguan makan, atau gangguan stres pascatrauma (PTSD) .

Cara Mengatasi Istilah Cegil

Istilah cegil sebaiknya tidak digunakan dalam komunikasi yang menghargai hak dan martabat perempuan. Berikut adalah beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi istilah cegil:

  • Menyadarkan pengguna istilah cegil bahwa istilah ini adalah istilah yang tidak pantas dan tidak menghormati perempuan. Memberikan contoh-contoh dampak negatif dari penggunaan istilah cegil, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.
  • Mengganti istilah cegil dengan istilah yang lebih netral dan objektif, seperti perempuan yang mengalami masalah, perempuan yang membutuhkan bantuan, atau perempuan yang memiliki preferensi berbeda. Menunjukkan bahwa setiap perempuan memiliki hak untuk menentukan pilihan dan kehidupan mereka sendiri, tanpa harus mengikuti standar atau tekanan dari orang lain.
  • Mendukung perempuan yang disebut atau merasa sebagai cegil. Menawarkan bantuan, saran, atau dukungan moral kepada perempuan yang menghadapi kesulitan atau tantangan dalam hubungan atau kehidupan mereka. Mengajak mereka untuk berbicara, mendengarkan, atau mencari bantuan profesional jika perlu. Menunjukkan bahwa menghargai dan menghormati mereka sebagai individu yang unik dan berharga.
  • Melaporkan jika melihat atau mendengar adanya kekerasan, pelecehan, atau diskriminasi terhadap perempuan yang disebut atau merasa sebagai cegil. Menghubungi pihak yang berwenang, seperti polisi, LSM, atau media, untuk melindungi hak dan keselamatan perempuan yang menjadi korban. Menjadi saksi, pembela, atau advokat bagi perempuan yang membutuhkan perlindungan hukum.

Dengan melakukan cara-cara di atas, kita dapat membantu menghapus istilah cegil dari bahasa gaul dan mewujudkan masyarakat yang lebih setara, adil, dan sejahtera bagi perempuan dan laki-laki.

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Postingan Lama

Translate Website

Tentang

Read before you think
-Frand Lebowitz

Kolom Iklan

Iklan/Penawaran Jaringan

Aksikan Pedulimu | KitaBisa.com

Sedekah untuk Alirkan Kembali Sumber Air Bersih melalui penjagaan hutan #JagaHutan

Popular Posts

  • Website freelance yang pernah saya coba
    Tentu banyak yang mengiginkan pemasukan tambahan, khususnya Mahasiswa yang biasanya memiliki semangat ditambah tekat yang kuat untuk mempe...
  • Hoax dan Bahayanya Menurut Islam
     Oleh : DR Abdul Azhim Al Badawi Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar desas-desus yang tidak jelas asal-usulnya. Kadang ...
  • Eksistensi Money Oriented
    Saat tulisan ini dibuat jumlah utang luar negeri Indonesia sebesar 5.200 triliun lebih dan menurut data.worldbank.org jumlah populasi I...
  • Profil SMK Negeri 1 Rangas Mamuju
    Gambaran Umum Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Rangas Mamuju yang berdiri pada 29 Januari 1998, dengan SK Menteri Pendidikan dan Kebuda...
  • Relawan Whatsapp dan Hoax
    Whatsapp menjadi salah satu media sosial dengan pengguna terbanyak akhir-akhir ini, itu dibuktikan dengan jumlah pengguna yang mengunduh ...
  • Cara Mengolah Coklat Menjadi Minuman Sehat untuk Anak
      Setiap orang tua khususnya ibu pasti akan berusaha untuk memberikan asupan makanan dan minuman yang terbaik dan sehat untuk anak-anak...
  • Hukum Shalat Sunnah Qobliyah Shubuh setelah shalat wajib
    Sebagai muslim tentu telah mengetahui bagaimana keutamaan shalat sunnah qobliyah Shubuh atau shalat sunnah Fajar . Dalam shahih Muslim ter...
  • gerakan evolusi
    Hingga 2019 ini ilmu pengetahuan telah meningkat pesat salah satunya dibuktikan dengan penggunaan alat 3D printing untuk membuat rum...
  • Tafsir Ayat-Ayat Ahkam - Syaikh Ahmad Muhammad Al-Hushari
    Syaikh Ahmad Muhammad Al-Hushari adalah penulis buku setebal 460 halaman ini. Belau dilahirkan di Gaza tepatnya Desa Syibran Namlah, pada ...
  • Minimnya Budaya Antri
    Menunggu di sebuah antrian memang membutuhkan kesabaran yang ekstra tapi dengan menunggu semua akan merasa adil karena sudah sesuai haknya...

Artikel Menarik

Berdasarkan Topik

  • Millennial (46)
  • AI (11)
  • Lingkungan (7)
  • PNS (7)
  • Internet (6)
  • Foto (2)
  • Garis Hitam Project (2)

Jaringan

Garis Hitam Project

Resensi Institute
Multi Tekno Mamuju

Formulir Kontak (inbox)

Nama

Email *

Pesan *

Laporkan Penyalahgunaan

Created : ThemeXpose | Modified : Achmad Nur |@2018