• Home
  • Opini
  • Sosial
  • Islam
  • Minat
    • Teknologi
    • Artificial Intelligence
    • Internet
    • Food
    • Millennial
    • Seputar PNS
    • Lingkungan
    • Garis Hitam Project
  • Pendidikan
    • SD/MI
    • SMP/MTS
    • SMA/MA
    • Sarjana
    • Magister
  • Buku
  • Jual Foto
    • Portfolio Shutterstock
    • Tips Foto
  • More
    • About
    • LAYANAN/PRODUK KAMI
    • FAQ
    • Kontak
    • DISCLAIMER
    • KEBIJAKAN PRIVASI
    • KETENTUAN LAYANAN
    • Sitemap
    • PRIVACY POLICY
    • TERM OF SERVICE
Diberdayakan oleh Blogger.
Email bloglovin facebook instagram twitter whatsapp pinterest

Hei Sobat !

 


Di era digital ini, kejahatan tidak lagi hanya terjadi di dunia fisik. Ruang siber (cyberspace) telah menjadi arena baru bagi para pelaku kriminal untuk melancarkan aksinya, mulai dari penipuan online, pencurian data, hingga penyebaran konten ilegal. Fenomena yang dikenal sebagai cyber crime ini terus meningkat setiap tahunnya. Namun, ketika kita menjadi korban, pertanyaan besarnya adalah: seberapa siapkah aparat penegak hukum kita dalam memberikan pelayanan administrasi untuk kasus-kasus ini?

Sebuah Tesis "Pelayanan Administrasi Kasus Cyber Crime pada Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Riau" oleh Raja Rima Afriyenti, Universitas Islam Riau (2022) mencoba mengupas tuntas realitas pelayanan administrasi untuk kasus cyber crime di tingkat daerah, dengan mengambil studi kasus di Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Ditreskrimsus) Polda Riau. Hasilnya memberikan gambaran yang jujur tentang tantangan yang dihadapi baik oleh masyarakat pelapor maupun pihak kepolisian sendiri.

Dunia Maya, Kejahatan Nyata

Cyber crime adalah tindak kriminal yang menggunakan teknologi komputer dan internet sebagai alat kejahatan utama. Berbeda dengan kejahatan konvensional, pelaku kejahatan siber bisa berada di mana saja, melintasi batas negara, dan seringkali anonim. Hal ini membuat deteksi dan penegakan hukum menjadi jauh lebih kompleks.

Data dari Ditreskrimsus Polda Riau menunjukkan tren yang mengkhawatirkan. Jumlah laporan kasus cyber crime terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2019, ada 28 kasus dilaporkan, meningkat menjadi 34 kasus pada 2020, dan 32 kasus pada 2021. Meskipun tingkat penyelesaian kasus juga menunjukkan peningkatan, dari 32% pada 2019 menjadi 78% pada 2021, tantangan di level pelayanan paling depan—saat masyarakat pertama kali melapor—masih menjadi sorotan.

Enam Dimensi Pelayanan: Apa Kata Masyarakat?

Penelitian ini mengukur kualitas pelayanan administrasi berdasarkan enam indikator standar pelayanan publik. Mari kita lihat bagaimana potretnya di lapangan.

  1. Prosedur Pelayanan: Secara umum, prosedur yang ada sudah mengikuti standar. Namun, banyak pelapor merasa alurnya sedikit "berbelit-belit". Salah satu kendala utamanya adalah keharusan membawa bukti yang lengkap, yang seringkali sulit dipenuhi oleh korban penipuan online yang panik dan tidak tahu cara mengumpulkan bukti digital.

  2. Waktu Penyelesaian: Waktu pelayanan di kantor polisi sudah sesuai dengan jam kerja yang ditetapkan. Namun, yang menjadi catatan adalah waktu penyelesaian kasus, yang tidak bisa dipastikan karena kompleksitas penyelidikan cyber crime.

  3. Biaya Pelayanan: Ini adalah kabar baik. Penelitian ini menegaskan bahwa tidak ada biaya sama sekali yang dipungut dalam proses pelaporan kasus cyber crime, dan tidak ditemukan adanya pungutan liar.

  4. Produk Layanan: Hasil akhir dari pelayanan adalah laporan polisi dan penanganan kasus. Di sini, ditemukan bahwa masih banyak masyarakat yang belum tahu tentang adanya layanan konsultasi sebelum membuat laporan resmi, yang sebenarnya bisa sangat membantu.

  5. Sarana dan Prasarana: Fasilitas fisik seperti ruang tunggu, ruang pelaporan, hingga tempat parkir di Ditreskrimsus Polda Riau dinilai sudah cukup baik, nyaman, dan memadai.

  6. Kompetensi Petugas: Petugas di garda depan dinilai sudah bersikap ramah dan profesional. Namun, tantangan terbesarnya adalah kompetensi teknis di bidang cyber crime. Kurangnya penyidik yang memiliki keahlian khusus di bidang informasi dan transaksi elektronik (ITE) menjadi salah satu kendala utama.

Kendala Utama di Lapangan

Dari analisis mendalam, tesis ini mengidentifikasi beberapa kendala krusial yang menghambat optimalnya pelayanan:

  • Minimnya Bukti dari Pelapor: Korban seringkali datang tanpa bukti yang cukup, seperti screenshot percakapan atau bukti transfer yang valid, yang mempersulit proses awal.

  • Kurangnya Pemahaman Prosedur: Masyarakat awam masih banyak yang bingung tentang alur dan syarat pelaporan cyber crime.

  • Kompetensi Teknis: Keterbatasan jumlah personel dengan keahlian siber membuat penanganan kasus membutuhkan waktu lebih lama dan seringkali bergantung pada saksi ahli eksternal.

  • Sifat Kejahatan yang Universal: Pelaku yang berada di luar negeri atau menggunakan data anonim menjadi tantangan terbesar dalam penyelidikan.

Menuju Pelayanan yang Lebih Baik

Berdasarkan temuan tersebut, ada beberapa langkah strategis yang perlu didorong. Pihak kepolisian perlu lebih gencar melakukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai prosedur pelaporan dan cara mengamankan bukti digital. Di sisi lain, peningkatan kapasitas dan pelatihan bagi para penyidik di bidang digital forensics dan hukum ITE menjadi sebuah keharusan yang tidak bisa ditawar lagi.

Melaporkan cyber crime memang tidak sesederhana melaporkan kejahatan konvensional. Namun, dengan pembenahan di sisi pelayanan dan peningkatan literasi digital di masyarakat, kita bisa berharap proses penegakan hukum di dunia maya menjadi lebih efektif dan terpercaya.

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

 


Pendidikan tinggi sering dianggap sebagai kunci untuk membuka masa depan yang lebih cerah. Namun, mahalnya biaya seringkali menjadi tembok penghalang yang sulit ditembus, terutama bagi mereka yang berasal dari keluarga dengan keterbatasan ekonomi. Untuk meruntuhkan tembok tersebut, pemerintah Indonesia meluncurkan program beasiswa Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIP-K).

Pertanyaan besarnya adalah: apakah beasiswa ini benar-benar menjadi pendorong motivasi belajar, atau hanya sekadar bantuan finansial? Sebuah penelitian menarik yang diterbitkan dalam Journal of Creative Student Research (JCSR) Vol.1, No.2, "Beasiswa KIP-K: Apakah Beasiswa Dapat Menjadi Motivasi Belajar Mahasiswa?" oleh Erlin Nisa Alviyah dkk. (2023) mencoba menjawab pertanyaan ini dengan mengkaji motivasi belajar mahasiswa penerima KIP-K di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).

Dilema Biaya dan Lahirnya Harapan Bernama KIP-K

Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2022 menunjukkan ironi: hanya sekitar 25,99% masyarakat Indonesia di rentang usia 19-24 tahun yang mengenyam pendidikan tinggi. Salah satu biang keladinya adalah biaya yang tinggi. Di sinilah program KIP-K (sebelumnya dikenal sebagai Bidikmisi) hadir sebagai jembatan asa, memberikan kesempatan bagi siswa berprestasi dari keluarga kurang mampu untuk melanjutkan studi.

Beasiswa ini tidak hanya menanggung biaya kuliah, tetapi juga memberikan bantuan biaya hidup bulanan. Secara teori, dengan terpenuhinya kebutuhan dasar finansial, mahasiswa seharusnya bisa lebih fokus dan termotivasi dalam belajar. Namun, apakah realitas di lapangan seindah teori?

Motivasi di Balik Angka: Apa Kata Mahasiswa?

Penelitian yang dilakukan melalui kuesioner terbuka kepada 100 mahasiswa penerima KIP-K di UPI ini mengungkap beberapa temuan menarik.

1. Standar IPK sebagai "Cambuk" Positif

Salah satu syarat utama beasiswa KIP-K adalah kewajiban untuk mempertahankan Indeks Prestasi (IP) minimal 2.75 setiap semesternya. Ternyata, aturan ini menjadi motivator yang sangat kuat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perolehan IP mahasiswa penerima beasiswa cenderung stabil, bahkan meningkat dari semester ke semester.

Sebanyak 86% responden memiliki Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) di atas 3.51. Ini membuktikan bahwa adanya "ancaman" pencabutan beasiswa jika IPK di bawah standar efektif mendorong mahasiswa untuk belajar lebih giat. Mereka tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan emas yang telah didapat.

2. Tanggung Jawab Moral dan Finansial

Lebih dari sekadar mengejar angka, para mahasiswa menunjukkan rasa tanggung jawab yang tinggi. Ketika ditanya mengenai bentuk tanggung jawab mereka, mayoritas (69%) menjawab dengan "belajar sungguh-sungguh". Selain itu, mereka juga merasa bertanggung jawab untuk mengelola dana bantuan hidup dengan bijak. Dana tersebut tidak hanya untuk kebutuhan sehari-hari, tetapi juga dialokasikan untuk membeli buku, laptop, dan perlengkapan lain yang menunjang perkuliahan. Ini menunjukkan adanya kesadaran bahwa beasiswa adalah amanah yang harus digunakan sebaik-baiknya.

3. Bukan Jalan yang Selalu Mulus

Meskipun memberikan banyak manfaat, perjalanan sebagai penerima beasiswa tidak selalu mulus. Penelitian ini juga mengungkap beberapa hambatan yang dihadapi:

  • Keterlambatan Pencairan Dana: Ini menjadi masalah klasik yang seringkali menyulitkan mahasiswa untuk membayar UKT tepat waktu atau memenuhi biaya hidup di awal semester.

  • Diskriminasi Sosial: Sayangnya, masih ada stigma atau perlakuan kurang menyenangkan dari teman sebaya yang merasa mahasiswa KIP-K "tidak pantas" menerima bantuan.

  • Tantangan Akademik: Beberapa mahasiswa merasa kesulitan beradaptasi dengan materi perkuliahan yang lebih kompleks, yang terkadang menimbulkan rasa minder.

Namun, menariknya, separuh dari responden merasa tidak memiliki hambatan signifikan yang dapat memengaruhi semangat belajar mereka.

Kesimpulan: Beasiswa Sebagai Katalisator Prestasi

Berdasarkan temuan tersebut, Journal of Creative Student Research menyimpulkan bahwa beasiswa KIP-K secara signifikan berperan positif dalam meningkatkan motivasi belajar mahasiswa. Bantuan ini lebih dari sekadar transfer uang; ia adalah sebuah kontrak sosial yang menuntut tanggung jawab dan memacu prestasi.

Aturan IPK minimum, rasa amanah, dan kesadaran akan kesempatan yang langka menjadi kombinasi pendorong yang kuat. Meskipun masih ada kendala teknis seperti keterlambatan pencairan, dampak positif beasiswa ini terhadap motivasi dan prestasi akademik tidak dapat dipungkiri. Program ini membuktikan bahwa ketika hambatan finansial dihilangkan, potensi anak bangsa yang berprestasi dapat bersinar lebih terang.

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

Apple Inc. bukan sekadar perusahaan; ia adalah fenomena budaya, ekonomi, dan teknologi. Dari garasi kecil di California hingga menjadi perusahaan pertama dengan valuasi triliunan dolar, Apple telah mengubah cara kita bekerja, berkomunikasi, dan hidup. Namun, di balik desain premium dan branding yang ikonik, apa sebenarnya DNA yang membuat Apple begitu dominan?

Lebih dari sekadar produk, kesuksesan Apple dibangun di atas fondasi strategi yang kompleks, mencakup etika bisnis, tanggung jawab sosial, dan visi keberlanjutan yang kuat. Mari kita bedah lebih dalam.

DNA Kesuksesan: Mengapa Dunia Memilih Apple?

Jika kita telusuri, kekuatan Apple tidak hanya terletak pada satu aspek, melainkan sinergi dari beberapa elemen kunci:

  1. Ekosistem yang Mengikat (dan Eksklusif): Kekuatan terbesar Apple adalah ekosistemnya yang terintegrasi. iPhone, MacBook, iPad, dan iWatch bekerja bersama dengan mulus, menciptakan pengalaman pengguna yang sulit ditandingi. Ekosistem tertutup ini tidak hanya memberikan kenyamanan tetapi juga membangun loyalitas pelanggan yang luar biasa dan menanamkan kesan prestise.

  2. Branding Ikonik dan Koneksi Emosional: Dengan filosofi "less is more", Apple menciptakan identitas desain yang premium, minimalis, dan konsisten. Mereka tidak menjual produk; mereka menjual pengalaman, gaya hidup, dan simbol status. Ini menciptakan hubungan emosional yang kuat dengan penggunanya.

  3. Fokus Utama pada Privasi & Keamanan: Di tengah maraknya isu kebocoran data, komitmen Apple terhadap privasi menjadi nilai jual yang sangat kuat. Fitur seperti App Tracking Transparency dan enkripsi data yang solid menjadikan Apple pilihan utama bagi pengguna yang sadar akan keamanan digital.

  4. Inovasi Teknologi yang Bertanggung Jawab: Dari chip Apple Silicon yang efisien energi hingga fitur aksesibilitas seperti VoiceOver untuk penyandang disabilitas, Apple terus berinovasi tidak hanya untuk performa tetapi juga untuk inklusivitas dan efisiensi.

Tiga Pilar Tanggung Jawab: People, Planet, Profit

Di balik citra premiumnya, Apple secara serius mengadopsi kerangka kerja Triple Bottom Line (TBL), yang menyeimbangkan antara keuntungan finansial dengan tanggung jawab sosial dan lingkungan.

  • People (Manusia): Apple berperan besar dalam menciptakan lapangan kerja dan menumbuhkan ekonomi digital global melalui App Store. Program seperti Supplier Responsibility memastikan keselamatan dan kesejahteraan pekerja di rantai pasoknya. Selain itu, inisiatif pendidikan seperti "Everyone Can Code" bertujuan meningkatkan kualitas sumber daya manusia secara global.

  • Planet (Lingkungan): Komitmen Apple terhadap lingkungan sangat ambisius. Dengan target menjadi netral karbon pada tahun 2030, perusahaan ini gencar menggunakan 100% energi terbarukan di semua fasilitasnya, mendesain produk dari bahan daur ulang (seperti aluminium dan kobalt), serta menjalankan program daur ulang "Apple Trade-In" untuk mengurangi limbah elektronik.

  • Profit (Keuntungan): Keputusan bisnis yang etis dan berkelanjutan terbukti berdampak positif pada kinerja keuangan Apple. Reputasi yang kuat, loyalitas pelanggan yang tinggi, dan efisiensi energi dalam produksi secara langsung menyumbang pada posisi Apple sebagai pemimpin pasar dengan nilai merek yang tak tertandingi.

Tantangan dan Sisi Gelap: Isu Monopoli

Namun, gambaran ini tidak akan lengkap tanpa melihat tantangannya. Dominasi Apple di pasar, terutama melalui kontrol ketat atas App Store dan ekosistemnya, telah memicu tuduhan praktik monopoli. Kontrol ini dianggap dapat menghambat inovasi dari pengembang pihak ketiga, mengurangi pilihan konsumen, dan menciptakan persaingan yang tidak adil. Ini adalah sebuah dilema etis yang terus menjadi perdebatan hangat di tingkat global.

Pelajaran untuk Indonesia: Visi Ekonomi Berkelanjutan

Studi kasus Apple menawarkan banyak pelajaran berharga bagi Indonesia dalam membentuk visi ekonomi masa depan:

  • Branding Kuat dan Berbasis Nilai: Membangun citra merek yang tidak hanya berkualitas tetapi juga memiliki nilai-nilai etika dan keberlanjutan.

  • Investasi pada Talenta: Kesuksesan jangka panjang bergantung pada investasi dalam sumber daya manusia dan ekosistem yang mendukung inovasi.

  • Model Bisnis Berpusat pada Pelanggan: Fokus pada pengalaman pengguna dan privasi data untuk membangun kepercayaan dan loyalitas.

  • Mendorong UMKM Hijau: Mendukung usaha kecil dan menengah yang mengadopsi praktik berkelanjutan, sejalan dengan tren ekonomi global.

Kesimpulan

Apple menunjukkan bahwa kesuksesan bisnis di era modern tidak lagi bisa diukur hanya dari angka penjualan. Perpaduan antara inovasi tanpa henti, branding yang kuat, dan komitmen tulus terhadap tanggung jawab sosial dan lingkungan telah menjadi formula kemenangan mereka.

Meskipun tidak lepas dari tantangan, terutama terkait isu monopoli, langkah-langkah Apple dalam mendorong keberlanjutan dan inklusivitas menjadi standar baru bagi perusahaan teknologi global. Ini adalah bukti bahwa profitabilitas dapat berjalan seiring dengan etika—sebuah pelajaran penting bagi kita semua yang bercita-cita membangun masa depan yang lebih baik.

Artikel ini adalah hasil analisis dan sintesis dari materi studi kasus Etika Bisnis oleh tim mahasiswa Telkom University. 

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

Di era digital ini, sistem kerja remote telah menjadi pilihan populer bagi banyak perusahaan dan karyawan. Namun, apakah bekerja dari rumah atau lokasi pilihan benar-benar dapat meningkatkan kebahagiaan dan menyeimbangkan kesehatan mental? Mari kita telaah lebih dalam.

Potensi Manfaat Kerja Remote untuk Kesehatan Mental

  • Fleksibilitas dan Keseimbangan Hidup-Kerja: Bekerja remote memberikan kebebasan untuk mengatur jadwal kerja Anda sendiri, memungkinkan integrasi yang lebih baik antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Hal ini dapat mengurangi stres dan meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan.
  • Bebas dari Stres Komuter: Anda tidak perlu lagi menghadapi kemacetan atau perjalanan panjang ke kantor, sehingga menghemat waktu dan energi yang dapat digunakan untuk hal-hal yang Anda nikmati.
  • Lingkungan Kerja yang Nyaman: Anda dapat menciptakan ruang kerja yang ideal sesuai dengan preferensi Anda, meningkatkan kenyamanan dan produktivitas.
  • Hemat Pengeluaran: Bekerja remote dapat membantu Anda menghemat biaya transportasi, makan siang di luar, dan pengeluaran lainnya yang terkait dengan bekerja di kantor.

Tantangan yang Mungkin Muncul

  • Isolasi Sosial: Kurangnya interaksi tatap muka dengan rekan kerja dapat menyebabkan perasaan kesepian dan terisolasi.
  • Batas Kerja-Pribadi yang Kabur: Tanpa pemisahan fisik antara kantor dan rumah, dapat sulit untuk memisahkan waktu kerja dan waktu pribadi, yang dapat menyebabkan kelelahan.
  • Kurangnya Struktur: Beberapa individu mungkin merasa kesulitan untuk tetap termotivasi dan produktif tanpa struktur dan pengawasan langsung.
  • Gangguan di Rumah: Bekerja dari rumah dapat menimbulkan gangguan seperti kebisingan, anggota keluarga, atau pekerjaan rumah tangga.

Mencapai Keseimbangan: Tips untuk Kesehatan Mental saat Kerja Remote

  • Jadwal Kerja Teratur: Tetapkan dan patuhi jadwal kerja yang teratur untuk menjaga rutinitas dan produktivitas.
  • Ruang Kerja yang Nyaman: Ciptakan ruang kerja yang nyaman, terorganisir, dan bebas gangguan.
  • Istirahat Teratur: Jadwalkan waktu istirahat secara teratur untuk bersantai dan mengisi ulang energi.
  • Komunikasi Aktif: Jaga komunikasi yang baik dengan rekan kerja dan atasan Anda melalui berbagai platform komunikasi.
  • Tetap Terhubung Secara Sosial: Luangkan waktu untuk berinteraksi dengan teman dan keluarga di luar jam kerja.
  • Cari Bantuan Profesional: Jika Anda merasa kewalahan atau mengalami masalah kesehatan mental, jangan ragu untuk mencari bantuan profesional.

Kerja remote dapat menjadi cara yang efektif untuk meningkatkan kebahagiaan dan keseimbangan mental, tetapi penting untuk menyadari dan mengatasi potensi tantangannya. Dengan manajemen waktu yang baik, komunikasi yang efektif, pengaturan batasan yang jelas, dan upaya untuk tetap terhubung secara sosial, Anda dapat memaksimalkan manfaat kerja remote dan menjaga kesehatan mental Anda.

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

Dell, sebagai salah satu produsen laptop terkemuka, menawarkan beragam pilihan laptop yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan anggaran Anda. Artikel ini akan membahas tingkatan varian laptop Dell, mulai dari yang paling terjangkau hingga yang paling premium, lengkap dengan gambar dan penjelasan detail. Dengan memahami hirarki ini, Anda akan lebih mudah memilih laptop Dell yang ideal untuk Anda.

1. Inspiron: Pilihan Ekonomis untuk Kebutuhan Sehari-hari

  • Target pengguna: Cocok untuk pengguna rumahan, pelajar, dan pekerja kantoran yang membutuhkan laptop untuk tugas-tugas komputasi standar.
  • Fitur unggulan: Harga terjangkau, spesifikasi memadai untuk penggunaan sehari-hari, dan desain yang sederhana.
  • Contoh seri: Inspiron 3000 series dan Inspiron 5000 series

2. Vostro: Andal untuk Bisnis Kecil dan Menengah

  • Target pengguna: Dirancang untuk bisnis kecil dan menengah serta profesional yang membutuhkan laptop andal untuk pekerjaan sehari-hari.
  • Fitur unggulan: Performa lebih baik daripada Inspiron, dilengkapi fitur keamanan tambahan, dan desain yang lebih profesional.
  • Contoh seri: Vostro 3000 series dan Vostro 5000 series

3. Latitude: Performa dan Keamanan untuk Profesional

  • Target pengguna: Ideal untuk perusahaan besar dan profesional yang membutuhkan laptop dengan performa tinggi, daya tahan baterai lama, dan fitur keamanan tingkat lanjut.
  • Fitur unggulan: Performa tinggi, daya tahan baterai yang impresif, fitur keamanan canggih, dan desain premium.
  • Contoh seri: Latitude 3000 series, Latitude 5000 series, Latitude 7000 series, dan Latitude 9000 series

4. XPS: Desain Elegan, Performa Tinggi

  • Target pengguna: Cocok untuk pengguna yang menginginkan laptop premium dengan desain tipis dan ringan, performa tinggi, dan layar berkualitas tinggi.
  • Fitur unggulan: Desain tipis dan ringan, performa bertenaga, layar InfinityEdge yang memukau, dan material premium.
  • Contoh seri: XPS 13, XPS 15, dan XPS 17

5. Precision: Workstation untuk Profesional Kreatif

  • Target pengguna: Ditujukan untuk profesional di bidang kreatif, teknik, dan sains yang membutuhkan laptop dengan performa sangat tinggi untuk menjalankan aplikasi berat.
  • Fitur unggulan: Performa luar biasa (prosesor Intel Xeon atau AMD Ryzen Threadripper, kartu grafis profesional NVIDIA Quadro atau AMD Radeon Pro), fitur ISV certification, dan desain yang kokoh.
  • Contoh seri: Precision 3000 series, Precision 5000 series, dan Precision 7000 series

6. Alienware: Laptop Gaming Terbaik

  • Target pengguna: Diciptakan khusus untuk gamer yang membutuhkan laptop dengan performa gaming tertinggi.
  • Fitur unggulan: Performa gaming terbaik (prosesor Intel Core i9 atau AMD Ryzen 9, kartu grafis NVIDIA GeForce RTX atau AMD Radeon RX), sistem pendingin canggih, dan desain gaming yang agresif.
  • Contoh seri: Alienware m series dan Alienware x series

Dengan memahami tingkatan varian laptop Dell ini, Anda dapat membuat keputusan yang lebih tepat saat memilih laptop yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran Anda. Ingatlah untuk selalu mempertimbangkan faktor-faktor seperti performa, fitur, desain, dan harga sebelum membuat keputusan akhir.

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Postingan Lama

Toko e-Book Terbaik

toko-buku "Aku rela di penjara asalkan bersama buku, karena dengan buku aku bebas." Mohammad Hatta

Translate Website

Tentang

Read before you think
-Frand Lebowitz

Kolom Iklan

Iklan/Penawaran Jaringan

Popular Posts

  • Website freelance yang pernah saya coba
    Tentu banyak yang mengiginkan pemasukan tambahan, khususnya Mahasiswa yang biasanya memiliki semangat ditambah tekat yang kuat untuk mempe...
  • Hoax dan Bahayanya Menurut Islam
     Oleh : DR Abdul Azhim Al Badawi Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar desas-desus yang tidak jelas asal-usulnya. Kadang ...
  • Eksistensi Money Oriented
    Saat tulisan ini dibuat jumlah utang luar negeri Indonesia sebesar 5.200 triliun lebih dan menurut data.worldbank.org jumlah populasi I...
  • Profil SMK Negeri 1 Rangas Mamuju
    Gambaran Umum Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Rangas Mamuju yang berdiri pada 29 Januari 1998, dengan SK Menteri Pendidikan dan Kebuda...
  • Relawan Whatsapp dan Hoax
    Whatsapp menjadi salah satu media sosial dengan pengguna terbanyak akhir-akhir ini, itu dibuktikan dengan jumlah pengguna yang mengunduh ...
  • Cara Mengolah Coklat Menjadi Minuman Sehat untuk Anak
      Setiap orang tua khususnya ibu pasti akan berusaha untuk memberikan asupan makanan dan minuman yang terbaik dan sehat untuk anak-anak...
  • Hukum Shalat Sunnah Qobliyah Shubuh setelah shalat wajib
    Sebagai muslim tentu telah mengetahui bagaimana keutamaan shalat sunnah qobliyah Shubuh atau shalat sunnah Fajar . Dalam shahih Muslim ter...
  • gerakan evolusi
    Hingga 2019 ini ilmu pengetahuan telah meningkat pesat salah satunya dibuktikan dengan penggunaan alat 3D printing untuk membuat rum...
  • Tafsir Ayat-Ayat Ahkam - Syaikh Ahmad Muhammad Al-Hushari
    Syaikh Ahmad Muhammad Al-Hushari adalah penulis buku setebal 460 halaman ini. Belau dilahirkan di Gaza tepatnya Desa Syibran Namlah, pada ...
  • Minimnya Budaya Antri
    Menunggu di sebuah antrian memang membutuhkan kesabaran yang ekstra tapi dengan menunggu semua akan merasa adil karena sudah sesuai haknya...

Artikel Menarik

Berdasarkan Topik

  • Millennial (46)
  • AI (11)
  • Lingkungan (7)
  • PNS (7)
  • Internet (6)
  • Foto (2)
  • Garis Hitam Project (2)

Jaringan

Garis Hitam Project

Resensi Institute
Multi Tekno Mamuju

Formulir Kontak (inbox)

Nama

Email *

Pesan *

Laporkan Penyalahgunaan

Created : ThemeXpose | Modified : Achmad Nur |@2018