• Home
  • Opini
  • Sosial
  • Islam
  • Minat
    • Teknologi
    • Artificial Intelligence
    • Internet
    • Food
    • Millennial
    • Seputar PNS
    • Lingkungan
    • Garis Hitam Project
  • Pendidikan
    • SD/MI
    • SMP/MTS
    • SMA/MA
    • Sarjana
    • Magister
  • Buku
  • Jual Foto
    • Portfolio Shutterstock
    • Tips Foto
  • More
    • About
    • LAYANAN/PRODUK KAMI
    • FAQ
    • Kontak
    • DISCLAIMER
    • KEBIJAKAN PRIVASI
    • KETENTUAN LAYANAN
    • Sitemap
    • PRIVACY POLICY
    • TERM OF SERVICE
Diberdayakan oleh Blogger.
Email bloglovin facebook instagram twitter whatsapp pinterest

Hei Sobat !


Di negara berkembang dengan ikatan tradisional yang masih kental, kualifikasi profesional seringkali dikesampingkan. Seseorang bisa mendapatkan pekerjaan atau jabatan bukan karena kemampuannya, melainkan karena kedekatannya dengan politisi, pemilik bisnis, atau manajer. Praktik ini, yang dikenal luas sebagai favoritisme, bukanlah fenomena baru. Jejaknya bahkan bisa kita telusuri hingga ke salah satu kekaisaran terbesar dalam sejarah: Kekaisaran Ottoman.

Sebuah studi yang dipresentasikan dalam International Symposium on Sustainable Development (2009) mengupas secara mendalam bagaimana praktik favoritisme, khususnya nepotisme (favoritisme berbasis kekerabatan), terjadi dalam struktur pemerintahan Ottoman. Memahami sejarah ini menjadi relevan karena, dulu maupun sekarang, nepotisme masih menjadi cara ampuh untuk mengendalikan proses manajemen dalam berbagai organisasi.

Memahami Konsep Favoritisme dan Nepotisme

Secara sederhana, favoritisme adalah perlakuan istimewa yang diberikan kepada seseorang. Dalam konteks birokrasi, ini bisa berarti seorang pejabat publik membela kerabatnya yang melanggar hukum. Literatur membedakan beberapa jenis favoritisme:

  • Nepotism: Favoritisme yang didasarkan pada hubungan keluarga atau kerabat.

  • Cronyism: Favoritisme yang didasarkan pada hubungan pertemanan atau kenalan.

  • Patronage: Favoritisme yang didasarkan pada afiliasi politik.

Di sektor publik, alasan di balik favoritisme tidak melulu soal uang. Loyalitas dan rasa tanggung jawab terhadap "orang dalam" seringkali menjadi pendorong utama. Ikatan kekerabatan digunakan sebagai alat untuk memengaruhi pejabat, menggantikan imbalan ekonomi seperti barang atau uang.

Awal Mula Nepotisme: Dari Naluri Hingga Struktur Sosial

Secara biologis, memilih kerabat (kin selection) adalah naluri alami manusia, bahkan hewan sekalipun. Dari sudut pandang ini, nepotisme bisa dianggap sebagai perilaku yang rasional. Namun, dalam konteks sosial dan organisasi modern, praktik ini menjadi masalah.

Struktur keluarga dan masyarakat memainkan peran besar. Dalam masyarakat kolektif, di mana kepentingan keluarga dan solidaritas kelompok lebih diutamakan daripada nilai-nilai etika universal, nepotisme tumbuh subur. Ketika loyalitas pada kelompok melebihi rasionalitas ekonomi, maka proses rekrutmen yang sederhana pun akan diwarnai oleh praktik favoritisme.

Nepotisme di Kekaisaran Ottoman: Dari Pengecualian Menjadi Aturan

Hingga abad ke-16, Kekaisaran Ottoman relatif bersih dari praktik favoritisme. Prinsip-prinsip keadilan dan kejujuran yang ditanamkan oleh para pendiri seperti Osman Gazi dan Syekh Edebali menjadi benteng yang kokoh. Namun, memasuki akhir abad ke-16, seiring dengan melemahnya otoritas pemerintah dan munculnya masalah finansial, korupsi, suap, dan nepotisme mulai menyebar luas.

Sistem medresseh (pendidikan) yang sebelumnya sangat menjunjung tinggi kualifikasi akademis mulai terintervensi oleh politik dan favoritisme. Jabatan-jabatan penting tidak lagi diisi berdasarkan kompetensi, melainkan kedekatan.

Salah satu contoh paling ikonik adalah praktik "cradle of ulema" (Buaian Ulama). Jika seorang ulama (cendekiawan) memiliki anak laki-laki, anak tersebut secara otomatis akan mendapatkan gaji setara dengan ayahnya sejak lahir, dengan asumsi ia akan tumbuh menjadi cendekiawan juga. Praktik ini menjadi simbol bagaimana nepotisme telah merusak sistem meritokrasi di Ottoman.

Contoh lain adalah pengangkatan menantu-menantu Sultan (damat) ke posisi-posisi strategis. Meskipun beberapa di antaranya memang memiliki kapabilitas, seperti Ibrahim Pasha, banyak juga yang diangkat murni karena hubungan keluarga, bukan karena kualifikasi.

Upaya Pemberantasan: Sistem DevÅŸirme dan Reformasi

Kekaisaran Ottoman sebenarnya menyadari bahaya favoritisme. Salah satu upaya paling signifikan untuk mencegahnya adalah sistem devÅŸirme. Dalam sistem ini, anak-anak non-Muslim dari wilayah Balkan direkrut, dididik di istana, dan diangkat menjadi pejabat tinggi atau prajurit Janissari. Karena mereka tidak memiliki kerabat di dalam struktur kekuasaan, diharapkan mereka bisa bekerja secara profesional tanpa bias favoritisme. Banyak tokoh besar seperti Sokullu Mehmet Pasha dan arsitek legendaris Mimar Sinan adalah produk dari sistem ini.

Namun, seiring berjalannya waktu, sistem ini pun mengalami kemunduran. Reformasi-reformasi lain, seperti yang diupayakan oleh Sultan Selim III pada abad ke-18, mencoba untuk mengembalikan meritokrasi dan memberantas suap, namun seringkali gagal karena tidak mendapat dukungan penuh dari para pejabatnya.

Pelajaran dari Sejarah

Kisah pasang surut nepotisme di Kekaisaran Ottoman memberikan pelajaran berharga. Ia menunjukkan bahwa sistem yang paling kokoh sekalipun bisa runtuh ketika prinsip-prinsip keadilan dan meritokrasi mulai terkikis oleh kepentingan pribadi dan kelompok. Sejarah ini mengingatkan kita bahwa perjuangan melawan favoritisme adalah perjuangan berkelanjutan untuk menjaga integritas dan kesehatan sebuah organisasi, entah itu sebuah kekaisaran besar maupun institusi modern.

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

 

Di tengah tumpukan berkas dan layar monitor yang menyala terang, para pegawai kantoran di kota-kota besar, termasuk Jambi, menemukan sebuah "pelarian" baru. Bukan di kafe atau pusat perbelanjaan, melainkan di atas rumput sintetis lapangan mini soccer. Olahraga ini telah menjelma dari sekadar hobi menjadi bagian tak terpisahkan dari gaya hidup modern kaum urban.

Jam kerja yang panjang, rata-rata 42 hingga 48 jam per minggu, memaksa banyak pekerja hidup dalam rutinitas sedentary—terlalu banyak duduk dan minim aktivitas fisik. Akibatnya, risiko penyakit seperti obesitas, hipertensi, dan stres kerja meningkat drastis. Sebuah penelitian kualitatif yang diterbitkan dalam Jurnal Cerdas Sifa Pendidikan (2025) mencoba mengupas fenomena ini lebih dalam. Mengapa mini soccer begitu digandrungi oleh para pekerja kantoran? Jawabannya ternyata jauh lebih kompleks dari sekadar "mencari keringat."

Bukan Hanya Olahraga, tapi Pembangun Koneksi Sosial

Salah satu temuan menarik dari penelitian tersebut adalah peran mini soccer sebagai platform sosial. Di atas lapangan, sekat-sekat jabatan dan formalitas kantor seolah luruh. Momen-momen setelah pertandingan, di mana para pemain bercanda dan berinteraksi santai, menjadi ajang untuk mempererat solidaritas.

Bagi banyak pegawai, lapangan mini soccer adalah tempat untuk membangun dan memperluas jaringan, baik dengan rekan satu kantor maupun dari instansi lain. Suasana yang informal memungkinkan komunikasi yang lebih terbuka, yang pada akhirnya berdampak positif pada hubungan interpersonal di tempat kerja.

"Refreshing" di Tengah Padatnya Jadwal

Alasan utama para pekerja kantoran memilih mini soccer adalah fleksibilitasnya. Durasi permainan yang tidak terlalu lama dan jadwal yang bisa disesuaikan—biasanya di malam hari setelah jam kerja atau di akhir pekan—menjadikannya pilihan ideal bagi mereka yang memiliki keterbatasan waktu.

Lebih dari itu, mini soccer berfungsi sebagai media refreshing yang efektif. Setelah seharian berkutat dengan tekanan pekerjaan, berlari di lapangan hijau menjadi cara ampuh untuk melepaskan penat dan menyegarkan kembali pikiran. Aktivitas ini tidak hanya menyehatkan fisik, tetapi juga terbukti mampu meningkatkan kesejahteraan mental.

Hobi, Eksistensi, dan Gaya Hidup Modern

Di era digital, aktivitas olahraga juga menjadi bagian dari eksistensi diri. Banyak pemain yang mengabadikan momen kebersamaan tim mereka dan mengunggahnya ke media sosial. Hal ini menunjukkan pergeseran motivasi: mini soccer bukan lagi sekadar hobi pribadi, tetapi juga cara untuk menunjukkan citra diri yang aktif, sehat, dan seimbang antara kehidupan kerja dan personal (work-life balance).

Fasilitas yang semakin memadai, seperti lapangan yang terawat, ruang ganti yang bersih, hingga kantin, turut mendukung tren ini. Semua elemen tersebut menjadikan mini soccer sebagai sebuah paket gaya hidup lengkap yang menawarkan kesehatan, interaksi sosial, dan rekreasi dalam satu waktu.

Kesimpulan: Sebuah Solusi Praktis untuk Keseimbangan Hidup

Fenomena mini soccer di kalangan pegawai kantoran adalah cerminan dari kebutuhan masyarakat urban akan aktivitas yang tidak hanya menyehatkan, tetapi juga praktis dan mampu memenuhi kebutuhan sosial. Olahraga ini telah berhasil mengisi celah yang ditinggalkan oleh rutinitas kerja yang padat.

Pada akhirnya, mini soccer membuktikan bahwa lapangan hijau bisa menjadi ruang terapi yang ampuh untuk menjaga keseimbangan antara tuntutan profesional dan kualitas hidup personal. Ini bukan lagi sekadar permainan, melainkan sebuah investasi berharga untuk kesehatan fisik dan mental di tengah derasnya arus kehidupan modern.

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

 

Dalam sebuah pertandingan sepak bola berdurasi 90 menit, penonton seringkali terpukau oleh gocekan indah, umpan akurat, atau gol spektakuler. Namun, di balik semua keajaiban teknis itu, ada satu elemen fundamental yang seringkali luput dari perhatian: kondisi fisik prima.

Tanpa fondasi fisik yang kokoh, seorang pemain sepak bola modern tak akan mampu menampilkan performa terbaiknya secara konsisten. Pertandingan sepak bola adalah permainan dengan intensitas tinggi yang silih berganti. Ada momen berlari sprint untuk mengejar bola, berduel fisik dengan lawan, lalu diselingi dengan periode aktivitas intensitas rendah seperti berjalan atau jogging ringan.

Sebuah kajian ilmiah dari Jurnal Patriot (2021) menegaskan bahwa untuk bisa bertahan selama 2x45 menit, seorang pemain tidak bisa hanya mengandalkan skill. Ada tuntutan fisik spesifik yang harus dipenuhi. Dari berbagai komponen fisik, ada tiga yang menjadi pilar utama.

1. Daya Tahan Aerobik: "Napas Kuda" Selama 90 Menit

Pernah melihat pemain yang sudah kehabisan napas di pertengahan babak kedua? Itu adalah tanda bahwa daya tahan aerobiknya kurang.

Daya tahan aerobik adalah kemampuan jantung dan paru-paru untuk menyuplai oksigen ke seluruh tubuh selama melakukan aktivitas fisik dalam waktu lama dengan intensitas rendah hingga sedang. Dalam sepak bola, ini adalah "bahan bakar" utama yang memungkinkan pemain untuk terus bergerak, berlari, dan menjaga fokus dari peluit awal hingga akhir.

Tanpa daya tahan aerobik yang baik, seorang pemain akan cepat lelah. Akibatnya, pengambilan keputusan menjadi buruk, akurasi umpan menurun, dan kecepatan lari pun melambat. Kemampuan ini sering diukur dengan tes VO2Max, yang menunjukkan kapasitas tubuh dalam mengelola oksigen.

2. Kecepatan: Senjata Utama dalam Menyerang dan Bertahan

Dalam sepak bola modern, kecepatan adalah segalanya. Lari cepat atau sprint mungkin hanya menyumbang sekitar 11% dari total jarak yang ditempuh pemain selama pertandingan. Namun, momen-momen inilah yang seringkali menjadi penentu.

Kecepatan dibutuhkan untuk:

  • Mengejar umpan terobosan dari rekan setim.

  • Mengalahkan bek lawan dalam situasi satu lawan satu.

  • Melakukan transisi cepat dari bertahan ke menyerang (serangan balik).

  • Menutup ruang gerak lawan saat bertahan.

Kecepatan bukan hanya soal berlari lurus, tetapi juga kemampuan bereaksi cepat terhadap situasi permainan dan bergerak secepat mungkin untuk mencapai posisi yang menguntungkan.

3. Kelentukan (Fleksibilitas): Kunci Gerakan Dinamis dan Pencegahan Cedera

Mungkin terdengar sepele, namun kelentukan adalah komponen fisik yang krusial. Kelentukan adalah kemampuan sendi untuk bergerak secara leluasa ke segala arah.

Dalam sepak bola, kelentukan, terutama pada bagian pinggang dan panggul, sangat dibutuhkan untuk melakukan gerakan-gerakan dinamis seperti:

  • Melakukan heading (menyundul bola): Gerakan melengkungkan punggung saat menyundul membutuhkan fleksibilitas pinggang yang baik.

  • Mengubah arah lari secara tiba-tiba: Untuk menghindari lawan atau merespons pergerakan bola.

  • Melakukan tendangan akrobatik: Seperti tendangan salto atau voli.

Selain mendukung performa, kelentukan juga berperan penting dalam pencegahan cedera. Otot yang kaku dan kurang fleksibel jauh lebih rentan mengalami cedera hamstring, cedera pangkal paha, dan masalah otot lainnya.

Kesimpulan: Fisik adalah Fondasi, Teknik adalah Mahkota

Pada akhirnya, sepak bola adalah perpaduan harmonis antara kemampuan fisik, teknik, taktik, dan mental. Namun, tanpa kondisi fisik yang mumpuni, ketiga aspek lainnya tidak akan bisa keluar secara maksimal.

Bagi para pemain muda di Sekolah Sepak Bola (SSB) hingga level profesional, membangun fondasi fisik yang kuat bukanlah pilihan, melainkan sebuah keharusan. Sebab di lapangan hijau, pemain dengan "napas kuda", kecepatan kilat, dan tubuh yang lentur-lah yang akan menjadi pemenang.

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

Sebagai seorang karyawan di sektor publik, Anda mungkin berpikir bahwa leadership adalah ranah para atasan dan manajer. Namun, kenyataannya, keterampilan leadership memiliki peran yang jauh lebih penting dan memberdayakan bagi setiap individu dalam organisasi pemerintahan. Mengembangkan jiwa kepemimpinan, terlepas dari posisi formal Anda, dapat membawa dampak positif yang signifikan bagi diri Anda, tim Anda, dan kualitas pelayanan publik secara keseluruhan.

sumber : https://wqa.co.id/wp-content/uploads/2019/03/Pentingnya-Memiliki-Jiwa-Leadership-dalam-bekerja.jpg

Lebih dari Sekadar Jabatan: Memahami Esensi Leadership

Leadership bukan sekadar tentang memberikan perintah atau mengawasi bawahan. Intinya adalah kemampuan untuk mempengaruhi, memotivasi, dan menginspirasi orang lain untuk mencapai tujuan bersama. Dalam konteks sektor publik, ini berarti mampu mendorong kolaborasi, menginisiasi perbaikan, dan menjadi agen perubahan positif, bahkan tanpa harus memiliki posisi struktural yang tinggi.

Mengapa Leadership Sangat Penting bagi Karyawan Sektor Publik?

  1. Meningkatkan Efektivitas Tim: Karyawan dengan skill leadership yang baik cenderung lebih proaktif dalam berkolaborasi dan berkontribusi dalam tim. Mereka dapat mengidentifikasi masalah, menawarkan solusi, dan memotivasi rekan kerja untuk mencapai hasil yang lebih baik. Ini secara langsung meningkatkan efektivitas dan produktivitas tim secara keseluruhan.

  2. Mendorong Inisiatif dan Inovasi: Jiwa kepemimpinan mendorong karyawan untuk berpikir di luar kotak dan mengambil inisiatif untuk perbaikan. Mereka tidak hanya menunggu perintah, tetapi berani mengusulkan ide-ide baru dan mencari cara yang lebih efisien dan efektif dalam memberikan pelayanan publik.

  3. Meningkatkan Kemampuan Problem Solving: Karyawan yang memiliki sense of leadership cenderung lebih analitis dan mampu menghadapi tantangan dengan kepala dingin. Mereka tidak hanya mengidentifikasi masalah, tetapi juga aktif mencari solusi dan melibatkan orang lain dalam proses pemecahan masalah.

  4. Membangun Kepercayaan dan Hubungan yang Kuat: Leadership yang efektif didasarkan pada komunikasi yang jelas, empati, dan kemampuan membangun hubungan yang positif dengan rekan kerja dan stakeholder. Karyawan yang memiliki skill ini mampu menciptakan lingkungan kerja yang lebih harmonis dan kolaboratif.

  5. Membuka Peluang Pengembangan Karir: Organisasi sektor publik semakin menyadari pentingnya leadership di semua tingkatan. Karyawan yang menunjukkan potensi kepemimpinan, terlepas dari jabatannya saat ini, akan memiliki peluang yang lebih besar untuk pengembangan karir dan promosi di masa depan. Mereka dianggap sebagai aset berharga yang dapat membawa organisasi menuju kemajuan.

  6. Meningkatkan Kualitas Pelayanan Publik: Pada akhirnya, dampak paling signifikan dari leadership di kalangan karyawan sektor publik adalah peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat. Karyawan yang termotivasi, proaktif, dan mampu berkolaborasi akan memberikan pelayanan yang lebih responsif, efisien, dan berorientasi pada kebutuhan publik.

Bagaimana Karyawan Sektor Publik Dapat Mengembangkan Leadership?

  1. Mengembangkan Keterampilan Komunikasi: Belajar menyampaikan ide dengan jelas dan efektif, serta menjadi pendengar yang baik.
  2. Membangun Empati dan Kecerdasan Emosional: Memahami dan merespons emosi orang lain dengan tepat.
  3. Mengambil Inisiatif: Jangan ragu untuk mengusulkan ide dan mengambil tanggung jawab lebih.
  4. Belajar Memberikan dan Menerima Feedback: Feedback konstruktif sangat penting untuk pertumbuhan.
  5. Menjadi Contoh yang Baik: Tunjukkan etos kerja yang tinggi, integritas, dan komitmen terhadap tujuan organisasi.
  6. Mencari Peluang Pengembangan Diri: Ikuti pelatihan, seminar, atau workshop yang fokus pada pengembangan leadership.

Leadership bukanlah hak istimewa segelintir orang di puncak organisasi. Ini adalah keterampilan penting yang harus dimiliki oleh setiap karyawan di sektor publik. Dengan mengembangkan jiwa kepemimpinan, Anda tidak hanya meningkatkan efektivitas diri dan tim, tetapi juga berkontribusi secara signifikan terhadap kualitas pelayanan publik dan membuka jalan bagi pengembangan karir Anda. Mari bersama-sama membangun budaya leadership yang kuat di sektor publik demi kemajuan bangsa.

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

Pendahuluan

Berenang merupakan salah satu olahraga yang dianjurkan dalam Islam. Selain menyehatkan badan, berenang juga memiliki manfaat untuk kesehatan mental. Rasulullah SAW sendiri menganjurkan umatnya untuk mengajarkan anak-anak mereka berenang, memanah, dan berkuda.

Artikel ini akan membahas manfaat berenang bagi tubuh dan mental, serta perspektif Islam mengenai olahraga air ini.

Manfaat Berenang bagi Tubuh

  • Meningkatkan kesehatan jantung dan paru-paru: Berenang merupakan olahraga kardio yang efektif untuk memperkuat jantung dan meningkatkan kapasitas paru-paru. (Sumber gambar: Pexels)

  • Membangun massa otot: Gerakan renang melatih hampir seluruh otot tubuh, sehingga dapat membantu membentuk dan mengencangkan otot. (Sumber gambar: Unsplash)
    Image of Otot punggung perenang
    Otot punggung perenang
  • Membakar kalori: Berenang dapat membakar kalori lebih banyak dibandingkan olahraga lain dengan durasi yang sama, sehingga efektif untuk menurunkan berat badan.
  • Meningkatkan fleksibilitas dan keseimbangan: Berenang melibatkan gerakan seluruh tubuh yang dapat meningkatkan fleksibilitas dan keseimbangan.
  • Mengurangi risiko cedera: Berenang merupakan olahraga low-impact yang minim risiko cedera, sehingga cocok untuk semua usia dan kondisi fisik.

Manfaat Berenang bagi Mental

  • Mengurangi stres dan kecemasan: Berenang dapat melepaskan hormon endorfin yang dapat meningkatkan suasana hati dan mengurangi stres. (Sumber gambar: Pixabay)
    Image of Orang berenang di laut lepas
    Orang berenang di laut lepas
  • Meningkatkan kualitas tidur: Aktivitas fisik seperti berenang dapat membantu meningkatkan kualitas tidur.
  • Meningkatkan kepercayaan diri: Menguasai teknik berenang dan mencapai target pribadi dalam berenang dapat meningkatkan rasa percaya diri.
  • Meningkatkan kemampuan fokus dan konsentrasi: Berenang membutuhkan fokus dan koordinasi, sehingga dapat melatih kemampuan konsentrasi.

Perspektif Islam tentang Berenang

Islam menganjurkan umatnya untuk menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh. Berenang merupakan salah satu olahraga yang dianjurkan Rasulullah SAW, sebagaimana disebutkan dalam hadits riwayat Bukhari dan Muslim:

"Ajarkanlah anak-anak kalian berenang, memanah, dan berkuda."

Hadits ini menunjukkan bahwa berenang memiliki nilai penting dalam Islam, baik untuk kesehatan fisik maupun pengembangan keterampilan.

Selain itu, berenang juga dapat menjadi sarana untuk menjaga kebersihan diri, yang merupakan salah satu ajaran penting dalam Islam.

Kesimpulan

Berenang merupakan olahraga yang memiliki banyak manfaat, baik untuk kesehatan fisik maupun mental. Islam pun menganjurkan umatnya untuk berenang. Dengan rutin berenang, kita dapat menjaga kesehatan tubuh, meningkatkan kualitas hidup, dan menjalankan salah satu sunnah Rasulullah SAW.

Referensi:

  • Hadits riwayat Bukhari dan Muslim
  • Siloam Hospitals. (n.d.). 8 Manfaat Berenang bagi Kesehatan Tubuh dan Mental. 
  • RRI. (2023). Ini 8 Manfaat Berenang bagi Kesehatan Tubuh dan Mental. 
  • Halodoc. (n.d.). 13 Manfaat Berenang yang Sayang untuk Dilewatkan. 
  • Kompas. (2023). 10 Manfaat Olahraga Renang untuk Kesehatan Tubuh dan Mental.
  • Kumparan. (n.d.). 7 Manfaat Melakukan Renang Bagi Tubuh dan Mental. 
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

Fear of Missing Out (FOMO), atau rasa takut ketinggalan, adalah fenomena yang semakin umum di era digital ini. Meskipun terlihat sepele, FOMO dapat memiliki dampak yang merusak pada kesehatan mental dan kesejahteraan seseorang tanpa mereka sadari. Mari kita telaah lebih dalam bagaimana FOMO dapat menyusup dan merusak hidup kita.

7 Cara FOMO Merusak Anda Tanpa Anda Sadari

  1. Kecemasan dan Stres Kronis: FOMO memicu perasaan cemas dan takut terus-menerus akan ketinggalan informasi atau pengalaman terbaru. Hal ini membuat Anda selalu terpaku pada media sosial, mengabaikan kebutuhan diri sendiri, dan berujung pada stres kronis yang dapat mengganggu kesehatan fisik dan mental.

  2. Gangguan Tidur dan Kelelahan: Keinginan untuk selalu terhubung dapat mengganggu pola tidur Anda. Begadang untuk mengecek media sosial atau kecemasan karena tidak bisa mengikuti perkembangan terbaru dapat menyebabkan kurang tidur, kelelahan, dan kesulitan berkonsentrasi.

  3. Rendahnya Harga Diri dan Kepercayaan Diri: Membandingkan diri dengan orang lain di media sosial dapat merusak harga diri dan kepercayaan diri. Anda mungkin merasa tidak cukup baik atau tidak memiliki kehidupan yang menarik dibandingkan orang lain.

  4. Depresi dan Isolasi Sosial: FOMO dapat menyebabkan perasaan terisolasi secara sosial, meskipun Anda dikelilingi oleh orang lain. Anda mungkin merasa tidak memiliki hubungan yang berarti atau tidak bisa bersenang-senang seperti orang lain, yang dapat memicu depresi dan menarik diri dari interaksi sosial yang nyata.

  5. Kecanduan Media Sosial: FOMO dapat mendorong Anda untuk terus-menerus memeriksa media sosial untuk menghindari perasaan ketinggalan. Hal ini dapat menyebabkan kecanduan media sosial, yang dapat mengganggu produktivitas, hubungan interpersonal, dan kesehatan mental secara keseluruhan.

  6. Keputusan Impulsif: FOMO dapat menyebabkan Anda membuat keputusan impulsif untuk menghindari perasaan ketinggalan, seperti membeli barang yang tidak dibutuhkan atau menghadiri acara yang sebenarnya tidak Anda minati.

  7. Mengabaikan Kesehatan: Fokus berlebihan pada aktivitas orang lain dan ketakutan akan ketinggalan dapat membuat Anda mengabaikan kebutuhan dasar seperti tidur yang cukup, makan makanan sehat, dan berolahraga.

Mengatasi FOMO: Kunci Kesejahteraan Anda

Penting untuk diingat bahwa FOMO adalah perasaan yang umum, tetapi jika tidak dikelola dengan baik, dapat memiliki dampak negatif yang signifikan. Berikut beberapa tips untuk mengatasi FOMO:

  • Batasi Waktu di Media Sosial: Tetapkan batasan waktu untuk penggunaan media sosial dan patuhi batasan tersebut.
  • Fokus pada Diri Sendiri: Alihkan fokus Anda pada hal-hal yang membuat Anda bahagia dan hargai pencapaian Anda sendiri.
  • Praktikkan Mindfulness: Latihan mindfulness dapat membantu Anda untuk lebih hadir pada saat ini dan mengurangi kecemasan akan ketinggalan.
  • Bangun Hubungan yang Bermakna: Fokus pada membangun hubungan yang nyata dan bermakna dengan orang-orang di sekitar Anda.
  • Cari Bantuan Profesional: Jika Anda merasa FOMO sangat mengganggu kehidupan Anda, jangan ragu untuk mencari bantuan dari seorang profesional kesehatan mental.

Dengan mengenali tanda-tanda FOMO dan mengambil langkah-langkah untuk mengelolanya, Anda dapat melindungi kesehatan mental Anda dan menjalani kehidupan yang lebih bahagia dan seimbang. Ingatlah, kebahagiaan sejati tidak ditemukan di dunia maya, tetapi dalam menghargai momen-momen berharga dalam hidup Anda sendiri.

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Postingan Lama

Translate Website

Tentang

Read before you think
-Frand Lebowitz

Kolom Iklan

Iklan/Penawaran Jaringan

Aksikan Pedulimu | KitaBisa.com

Sedekah untuk Alirkan Kembali Sumber Air Bersih melalui penjagaan hutan #JagaHutan

Popular Posts

  • Website freelance yang pernah saya coba
    Tentu banyak yang mengiginkan pemasukan tambahan, khususnya Mahasiswa yang biasanya memiliki semangat ditambah tekat yang kuat untuk mempe...
  • Hoax dan Bahayanya Menurut Islam
     Oleh : DR Abdul Azhim Al Badawi Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar desas-desus yang tidak jelas asal-usulnya. Kadang ...
  • Eksistensi Money Oriented
    Saat tulisan ini dibuat jumlah utang luar negeri Indonesia sebesar 5.200 triliun lebih dan menurut data.worldbank.org jumlah populasi I...
  • Profil SMK Negeri 1 Rangas Mamuju
    Gambaran Umum Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Rangas Mamuju yang berdiri pada 29 Januari 1998, dengan SK Menteri Pendidikan dan Kebuda...
  • Relawan Whatsapp dan Hoax
    Whatsapp menjadi salah satu media sosial dengan pengguna terbanyak akhir-akhir ini, itu dibuktikan dengan jumlah pengguna yang mengunduh ...
  • Cara Mengolah Coklat Menjadi Minuman Sehat untuk Anak
      Setiap orang tua khususnya ibu pasti akan berusaha untuk memberikan asupan makanan dan minuman yang terbaik dan sehat untuk anak-anak...
  • Hukum Shalat Sunnah Qobliyah Shubuh setelah shalat wajib
    Sebagai muslim tentu telah mengetahui bagaimana keutamaan shalat sunnah qobliyah Shubuh atau shalat sunnah Fajar . Dalam shahih Muslim ter...
  • gerakan evolusi
    Hingga 2019 ini ilmu pengetahuan telah meningkat pesat salah satunya dibuktikan dengan penggunaan alat 3D printing untuk membuat rum...
  • Tafsir Ayat-Ayat Ahkam - Syaikh Ahmad Muhammad Al-Hushari
    Syaikh Ahmad Muhammad Al-Hushari adalah penulis buku setebal 460 halaman ini. Belau dilahirkan di Gaza tepatnya Desa Syibran Namlah, pada ...
  • Minimnya Budaya Antri
    Menunggu di sebuah antrian memang membutuhkan kesabaran yang ekstra tapi dengan menunggu semua akan merasa adil karena sudah sesuai haknya...

Artikel Menarik

Berdasarkan Topik

  • Millennial (46)
  • AI (10)
  • Lingkungan (6)
  • PNS (6)
  • Internet (5)
  • Foto (2)
  • Garis Hitam Project (2)

Jaringan

Garis Hitam Project

Resensi Institute
Multi Tekno Mamuju

Formulir Kontak (inbox)

Nama

Email *

Pesan *

Laporkan Penyalahgunaan

Created : ThemeXpose | Modified : Achmad Nur |@2018