Bukan Sekadar Bermain : Inilah Manfaat Bermain bagi Anak Usia Dini

by - November 14, 2025

 


Bagi orang dewasa, melihat anak-anak bermain mungkin tampak seperti kegiatan sepele yang membuang-buang waktu. Namun, di balik tawa dan keriangan itu, tersimpan sebuah proses fundamental yang sangat krusial bagi tumbuh kembang mereka. Bermain bukan sekadar hiburan; ia adalah hak dasar dan cara anak belajar tentang dunia.

Sebuah artikel dalam Jurnal Tarbawi Vol. 13, No. 2, "Bermain dan Pemanfaatannya dalam Perkembangan Anak Usia Dini" oleh Naili Rohmah (2016) mengupas tuntas bagaimana kegiatan yang tampak sederhana ini sebenarnya adalah "pekerjaan" utama seorang anak. Melalui bermain, anak mengekspresikan diri, membangun kreativitas, hingga mengasah berbagai aspek kecerdasan. Mari kita bedah lebih dalam mengapa kita tidak boleh meremehkan kekuatan dari "main-main".

Hakikat Bermain: Lebih dari Sekadar Senang-senang

Menurut penelitian yang diulas dalam jurnal tersebut, bermain adalah aktivitas mendasar yang dilakukan atas kemauan sendiri, tanpa paksaan, dan penuh kegembiraan. Ini adalah laboratorium pertama bagi anak untuk mempelajari banyak hal: mulai dari mengenal aturan, bersosialisasi, menata emosi, hingga menjunjung tinggi sportivitas.

Ada beberapa esensi penting dari bermain:

  1. Motivasi Internal: Anak bermain karena keinginan dari dalam diri, bukan karena disuruh.

  2. Aktif: Bermain melibatkan fungsi fisik dan mental secara bersamaan.

  3. Nonliteral: Anak mampu menciptakan dunianya sendiri, terlepas dari realitas. Mereka bisa berpura-pura menjadi apa saja, dari dokter hingga astronot.

  4. Tanpa Tujuan Eksternal: Tujuan utama bermain adalah proses bermain itu sendiri, bukan untuk mencapai hasil akhir tertentu.

Tahapan Bermain: Dari Soliter hingga Kooperatif

Perkembangan sosial anak tercermin dari cara mereka bermain. Peneliti Mildred Parten mengidentifikasi enam tahapan bermain yang menarik untuk diamati:

  • Unoccupied Play (Tidak Terlibat): Anak hanya mengamati sekelilingnya tanpa benar-benar bermain.

  • Solitary Play (Bermain Sendiri): Anak asyik dengan permainannya sendiri dan tidak peduli dengan anak lain di sekitarnya.

  • Onlooker Play (Mengamati): Anak memperhatikan anak lain bermain, bahkan mungkin berkomentar, tetapi tidak ikut bergabung.

  • Parallel Play (Bermain Berdampingan): Anak-anak bermain dengan mainan yang sama di tempat yang sama, tetapi tidak ada interaksi di antara mereka.

  • Associative Play (Bermain Bersama): Anak-anak mulai berinteraksi, saling pinjam mainan, tetapi belum ada tujuan atau aturan bersama.

  • Cooperative Play (Bermain Kooperatif): Ini adalah puncak dari bermain sosial. Anak-anak bermain dalam kelompok yang terorganisir, memiliki tujuan bersama, dan ada pembagian peran.

Lima Manfaat Emas dari Bermain

Jadi, apa saja yang sebenarnya dipelajari anak saat mereka "hanya" bermain? Jawabannya: hampir segalanya.

  1. Perkembangan Moral dan Agama: Saat bermain rumah-rumahan, anak belajar mengucapkan salam saat masuk rumah atau berdoa sebelum makan. Saat bermain dengan teman, mereka belajar tentang aturan, kejujuran, dan sportivitas. Ini adalah fondasi moral yang abstrak namun dipelajari secara konkret.

  2. Perkembangan Motorik (Kasar dan Halus): Bermain petak umpet melatih anak untuk berlari, melompat, dan membungkuk (motorik kasar). Sementara itu, permainan seperti congklak atau menyusun balok mengasah koordinasi mata dan tangan serta kekuatan jari-jemari (motorik halus).

  3. Perkembangan Kognitif: "Ini bola, warnanya merah, bentuknya bulat." Konsep ini jauh lebih mudah dipahami anak ketika ia memegang dan memainkan bola tersebut, daripada sekadar diberitahu di dalam kelas. Bermain adalah cara otak anak mencerap informasi, berpikir kreatif, dan bernalar.

  4. Perkembangan Bahasa: Bermain adalah panggung utama bagi anak untuk berlatih komunikasi. Mereka belajar mengutarakan keinginan, memberi komentar, bernegosiasi, dan memahami bahasa tubuh. Lingkungan bermain yang kaya akan interaksi dapat secara signifikan meningkatkan perbendaharaan kata anak.

  5. Perkembangan Sosial: Dari anak yang awalnya egosentris (semua berpusat pada dirinya), bermain bersama teman mengajarkan mereka untuk berbagi, bekerja sama dalam tim, berempati, dan memahami sudut pandang orang lain.

Peran Kita: Mengamati, Bukan Menginterupsi

Sebagai orang tua atau pendidik, peran kita bukanlah mengarahkan atau menginterupsi permainan anak, melainkan memfasilitasi dan mengamatinya. Saat anak asyik bermain, kita bisa mendapatkan "laporan" tumbuh kembangnya secara langsung.

Apakah ia sudah bisa membedakan warna saat bermain bola? Apakah ia mau berbagi mainan dengan temannya? Apakah ia sudah bisa melempar dan menangkap bola? Semua ini adalah data berharga. Dengan menyisipkan unsur edukasi secara halus ke dalam permainan, kita membantu anak belajar dengan cara yang paling alami dan menyenangkan.

Pada akhirnya, bermain adalah investasi terbaik untuk masa depan anak. Jadi, biarkan mereka bermain.

You May Also Like

0 komentar