Indonesia Krisis Toleransi

by - Oktober 10, 2018

Bhineka Tunggal Ika - merupakan semboyan bangsa yang sangat dijunjung tinggi sebagai kalimat pemersatu di tengah masyarakat di indonesia yang sangat plural. Kalimat sakti berasal dari bahasa jawa kuno yang memiliki arti "berbeda-beda tapi tetap satu" hampir selalu digaungkan oleh rakyat indonesia jika ditemui perbedaan di tengah-tengah masyarakat.

Kalimat bhineka tunggal ika selalu berhasil melahirkan semangat persatuan serta toleransi yang tinggi dalam menghadapi pluralisme di Indonesia. Indonesia sendiri adalah bangsa yang diakui oleh bangsa lain sebagai bangsa yang sangat kaya akan keragaman agama, budaya, bahasa, dan adat istiadat yang dengan itu tentu akan melahirkan perbedaan pendapat dalam menyikapi sesuatu hal.


Tapi saat ini bangsa indonesia tengah mengalami krisis toleransi, perbedaan pendapat dan pilihan terhadap suatu hal seolah-olah telah menghapuskan fakta bahwa kita berasal dari bangsa yang sama, bangsa indonesia, dampaknya kemudian ialah terjadi kerenggangan sosial yang pada akhirnya merugikan indonesia sebagai bangsa yang berkembang dan pribadi itu sendiri.

Bersamaan dengan itu perkembangan teknologi yang terjadi sudah sangat pesat, dimana semua orang bisa bertukar pendapat secara real time walaupun terpisah dengan jarak yang jauh. Smartphone menjadikan semua itu menjadi lebih muda dan cepat, melalui smartphone yang telah terpasang media sosial sebelumnya akan sangat mudah untuk berinteraksi dengan orang lain bahkan untuk yang belum pernah bertatap muka secara langsung.

Seperti yang sedang terjadi saat ini menjelang tahun politik 2019 tidak jarang kita dihadapkan pada situasi dimana ketika terjadi perbedaan pendapat atau dissidence akan sampai kepada kontak fisik. Perbedaan pendapat seperti ini juga mudah dijumpai dimedia sosial yang tidak jarang berujung kepada debat yang tidak memiliki value sama sekali dan berlawanan dengan tujuan utama media sosial yaitu mendekatkan yang terasa jauh. Kondisi ini mungkin saja terjadi karena adanya fanatisme sempit dan kurangnya kedewasaan dalam menanggapi setiap pendapat khususnya di media sosial, ditambah dengan beberapa personal cenderung menjadi lebih vokal dalam berargumen ketika berada di media sosial tanpa mempertimbangkan efeknya ke dunia nyata.

Jika situasi seperti ini tidak diakhiri dengan bijak maka bangsa akan semakin dekat ke arah disintegrasi sosial, yang pada akhirnya akan merugikan perjuangan para pahlawan terdahulu dalam menyatukan kemajemukan di Indonesia.

Foto : eko-purwanto

You May Also Like

0 komentar